Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pekan pertama Maret 2022, harga Bitcoin, Ethereum dan jajaran kripto teratas terlihat alami penguatan yang serentak, Selasa pagi (1/3/2022). Beberapa kripto yang hari sebelumnya melemah mulai kembali pulih
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Selasa pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) menguat dalam satu hari terakhir sebesar 11,27 persen dan 11,89 persen dalam sepekan.
Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 41.748,44 per koin atau setara Rp 600,2 juta (asumsi kurs Rp 14.377 per dolar AS).
Baca Juga
Advertisement
Ethereum (ETH) sebagai kripto terbesar kedua setelah sempat meradang, kini berhasil menguat. Dalam 24 jam terakhir. ETH menguat sebesar 8,70 persen dan 8,76 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.838,73 per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) pagi ini berhasil menguat setelah beberapa hari sempat melemah. Dalam satu hari terakhir BNB menguat sebesar 7,34 persen dan 6,86 persen dalam sepekan. Hal itu membuat BNB berada di level USD 388,45 per koin.
Adapun, Cardano (ADA) juga berangsur pulih. ADA menguat dalam satu hari terakhir sebesar 9,78 persen dan 4,74 persen dalam sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,9336 per koin.
Sedangkan, Solana (SOL) dalam satu hari terakhir SOL berhasil menguat sebesar 15,38 persen dan 15,06 persen dalam sepekan. Saat ini harga SOL dibanderol USD 98,38 per koin.
Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), hari ini sama-sama menguat setelah kemarin sempat terpuruk. Keduanya masing-masing menguat 0,01 persen dan 0,06 persen. Dengan begitu, membuat USDT dibanderol dengan harga USD 1,00, sedangkan USDC harganya kembali ke level USD 1,00.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bitcoin Tak Bakal Bull Run hingga Akhir 2024
Sebelumnya, bitcoin mungkin tidak mengalami pasar Bullish hingga akhir 2024 atau awal 2025, jika siklus harga masa lalu dijadikan indikasi, menurut salah satu pendiri bursa cryptocurrency terbesar di dunia, Huobi, Du Jun.
Du Jun mengatakan kepada CNBC pasar Bull Bitcoin terkait erat dengan proses yang disebut halving, yang terjadi setiap beberapa tahun.
"Ini terkait dengan apa yang disebut penambang di jaringan bitcoin, yang menjalankan komputer khusus yang kuat untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks untuk memvalidasi transaksi di jaringan bitcoin. Penambang dihargai dalam bitcoin sebagai hasilnya,” kata Jun, seperti dikutip dari CNBC, Senin, 28 Februari 2022.
Halving sendiri adalah membagi dua kode dasar Bitcoin dan memotong setengah dari hadiah yang diperoleh penambang untuk memvalidasi transaksi di jaringan cryptocurrency. Itu terjadi kira-kira setiap empat tahun.
Halving terakhir terjadi pada Mei 2020, dan pada 2021, Bitcoin mencapai titik tertinggi sepanjang masa di atas USD 68.000 (Rp 975,6 juta). Kejadian serupa terjadi ketika Halving terjadi pada 2016. Tahun berikutnya, Bitcoin mencapai rekor tertinggi pada saat itu.
Saat ini, Bitcoin berada hampir 40 persen dari rekor tertingginya sejak November, meskipun sempat turun dari beberapa posisi terendah yang terlihat pada Januari. Momen halving berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 2024.
"Jika lingkaran ini berlanjut, kita sekarang berada pada tahap awal pasar beruang," kata Jun, menurut terjemahan CNBC dari komentarnya dalam bahasa Mandarin.
"Sangat sulit untuk memprediksi secara pasti karena ada begitu banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi pasar juga seperti masalah geopolitik termasuk perang, atau Covid baru-baru ini, juga mempengaruhi pasar," ujar dia.
"Mengikuti siklus ini, tidak akan sampai akhir 2024 hingga awal 2025 kita dapat menyambut pasar bullish berikutnya pada bitcoin.” lanjut Jun.
Penurunan harga cryptocurrency baru-baru ini telah membuat beberapa pelaku pasar khawatir dengan apa yang disebut “crypto winter”, atau periode bearish yang panjang, akan segera terjadi.
Advertisement