Liputan6.com, Jakarta - Long Covid atau gejala dialami setelah terinfeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19, kebanyakan ditemukan dari varian Delta. Sedangkan pada kasus Omicron, belum ada datanya.
Hal tersebut disampaikan Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan dalam konferensi pers daring bersama Kemenkes RI pada Jumat, 25 Februari 2022.
"Long Covid banyak ditemukan saat Delta, untuk Omicron belum banyak dan belum bisa disimpulkan. Jadi, kita belum bisa melihat data-data pada Omicron," ujar Erlina.
Baca Juga
Advertisement
Erlina menilai, long Covid pada penyintas varian Omicron sedikit ditemukan. Pasalnya, kata dia, mayoritas pasien Omicron bergejala ringan atau tanpa gejala sama sekali.
"Menurut saya sih, asumsi saya akan sangat sedikit karena memang kejadian long Covid biasanya pada orang yang derajat penyakitnya sedang hingga berat atau kritis," papar Erlina.
Berikut sederet fakta terkait efek Long Covid pada para penyintas Covid-19, dihimpun Liputan6.com:
1. Kebanyakan Ditemukan pada Kasus Delta, Omicron Belum Ada Data
Covid-19 varian Omicron belum bisa terkonfirmasi memiliki efek Long Covid seperti pada varian Delta. Hal itu diungkapkan, Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan.
"Long Covid banyak ditemukan saat Delta, untuk Omicron belum banyak dan belum bisa disimpulkan," ujar Erlina dalam konferensi pers daring bersama Kemenkes RI pada Jumat, 25 Februari 2022.
"Jadi, kita belum bisa melihat data-data pada Omicron," tambah dia.
Advertisement
2. Penyintas Omicron Kebanyakan Bergejala Ringan
Menurut Erlina, long Covid pada penyintas varian Omicron sedikit ditemukan. Pasalnya, mayoritas pasien Omicron bergejala ringan atau tanpa gejala sama sekali.
"Menurut saya sih, asumsi saya akan sangat sedikit karena memang kejadian long Covid biasanya pada orang yang derajat penyakitnya sedang hingga berat atau kritis," terang dia.
3. Didominasi Delta
Pada saat varian Delta mendominasi, banyak negara melaporkan bahwa kejadian Long Covid pada penyintas mencapai 30-70 persen. Data PDPI juga menunjukkan, 30 persen penyintas di Indonesia mengalami Long Covid.
"Yang terbanyak gejalanya adalah kelelahan dan gejala ini merata di seluruh negara, rata-rata 60-70 persen. Diikuti batuk, sesak, gejala kognitif seperti pelupa, susah konsentrasi, susah tidur," kata Erlina.
Ia menambahkan, gejala long Covidsangat bervariasi dari orang ke orang. Gejala-gejala pasca Covid-19 juga dapat terjadi dengan durasi yang beragam.
"Ada yang satu hingga tiga bulan tidak sembuh. Bahkan, gejala ini dapat berlangsung hingga satu tahun atau lebih," ucap Erlina.
Advertisement
4. Tatalaksana Multidisiplin Long Covid-19
Sejauh ini para ahli sudah memiliki pedoman untuk tatalaksana long COVID yang melibatkan pendekatan multidisiplin.
"Bukan hanya dokter paru, kita juga banyak melibatkan dokter jantung karena banyak juga yang mengalami deg-degan, kecemasan. Ada juga teman-teman dari neuro, psikiater, rehabilitasi medik dan biasanya di rumah sakit besar punya tim long Covid-19," jelas Erlina.
Oleh karena itu, dia menegaskan, pengobatan long Covid sangat dibutuhkan. Terutama latihan rehabilitasi medis dan latihan napas.
6 Cara Dukung Anak dengan Long Covid-19 Kembali ke Sekolah
Advertisement