Liputan6.com, Jakarta Menulis adalah salah satu kegiatan efektif yang dapat dilakukan oleh siapa saja sebagai media untuk mengekspresikan diri. Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai tak menghalangi para remaja dari SMP Don Bosco 2 untuk terus berekspresi lewat tulisan.
Advertisement
Bakat siswa-siswi pun diasah dalam Workshop Online Menulis Cerita Fiksi dan Non Fiksi--kolaborasi antara Literasi Digital SMP Don Bosco 2 bersama Gramedia Writing Project pada Februari 2022 yang lalu.
Hadir dalam acara tersebut novelis muda, yaitu Felis Linanda yang terkenal dengan karya novelnya yang berjudul Boy Band dan Wienny Siska, selaku editor dari Gramedia Writing Project. Peserta workshop, tentu tak lain adalah para peserta literasi digital kelas 7, 8, dan 9 dari SMP Don Bosco 2.
Kegiatan ini disambut baik oleh Kepala SMP Don Bosco 2 yaitu Adrianus Nara Lamadua yang mendukung siswa-siswi untuk menyalurkan potensi di tengah pandemi. Sama halnya dengan motivasi dari ketua Literasi Digital, yaitu Patricia Astrid.
“Anak-anak bisa berekspresi lewat tulisan dan menginspirasi lewat kegiatan sehari-hari mereka sebagai remaja, dituangkan ke dalam tulisan fiksi atau non fiksi dengan ciri khas mereka,” ungkapnya.
Pentingnya riset
Pada kegiatan workshop, siswa-siswi dibimbing untuk mengetahui bahwa menulis cerita fiksi dan non fiksi membutuhkan kegiatan riset. Selama ini mungkin sebagian remaja berpikir cerita fiksi hanya berisi imajinasi belaka tanpa adanya riset dan logika. Natasha, sebagai salah satu peserta literasi digital mengaku senang bisa mengikuti workshop menulis.
“Di acara kemarin, aku mempelajari banyak hal baru. Salah satunya riset, cara membuat plot cerita yang menarik, mencari ide-ide baru saat lagi ‘stuck’, mengenal genre-genre yang aku sebelumnya gatau,” kata siswi dari 8B ini.
Beragam genre karya fiksi yang diminati siswa-siswi seperti komedi, romance, fantasi, sedangkan untuk non fiksi mereka berminat pada review buku pengembangan diri, film, drama, anime, game, dll.
Workhsop menulis tak hanya melibatkan siswa yang senang menulis, tetapi juga memberi peluang bagi siswa-siswi untuk menjadi MC. Ada Maria Sekar, 7A dan Clara Davianna, 8B yang berlatih untuk memandu acara tersebut.
Advertisement
Melibatkan siswa yang suka menggambar
Kegiatan ini turut melibatkan siswa yang berbakat dalam menggambar. Raenina yang bertugas membuat flyer untuk kegiatan workshop merasa senang karena bisa mengasah kreativitas dalam berpikir tentang warna, letak gambar, dan ukuran pas dalam sebuah gambar.
“Senang karena bisa dipercaya, tapi juga agak takut kalau hasilnya nggak sesuai ekspektasi,” kata siswi kelas 7B ini.
Revisi karya tidak membuat Rae patah semangat. Ia justru terpacu untuk mencoba lebih baik lagi.
“Kalau karya diremehkan, dijelek-jelekkan sama orang lain, nggak usah disimpan di hati. Kita harus bisa bedakan mana orang yang menghina dan yang mau membantu kita berkembang,” pesan Rae.
Hal terpenting adalah mau memperbaiki diri. Verena Aily juga memiliki pemikiran senada dengan Rae. Ia tetap semangat, senang dipercaya dalam mengedit flyer.
“Yang penting semangat dan terus berkreasi,” kata siswi dari 7B ini.
Di samping itu ada Gracia yang terlibat dalam proses membuat ilustrasi digital sebagai template di instagram literasi digital. Gracia berinisiatif untuk bertanya tentang hal yang belum ia pahami dan berlatih mengelola waktu untuk menyelesaikan karyanya.
Ada juga Mahalia yang menjadi koordinator media sosial literasi digital. Kegiatan ini menunjukkan bahwa pandemi bukan halangan untuk jadi remaja produktif.
Penulis:
Patricia Astrid Nadia