Liputan6.com, Jakarta 20 tahun yang lalu, Amerika Serikat menggelar Operation Anaconda (Operasi Anaconda) dengan target Al-Qaeda dan Taliban. Operasi militer itu melibatkan sekitar 2.000 pasukan koalisi, termasuk 900 orang AS.
Operasi Anaconda dilaksanakan sekitar setengah tahun setelah serangan teror menara kembar WTC 11 September 2001. Menurut situs Army University Press, Operation Anaconda dimulai sebelum fajar pada 2 Maret 2002.
Advertisement
Ini merupakan salah satu operasi skala besar pertama dalam Perang Melawan Teror (War on Terror). Area pertempuran mencakup 60 mil di wilayah Lembah Shahikot di Afghanistan.
Lembah itu adalah basis petarung Al-Qaeda dan Taliban. Kondisi lembah saat itu sedang bersalju dengan suhu hingga minus 15 derajat fahrenheit (minus 9 derajat).
Pasukan oposisi mayoritas terdiri atas anggota Al-Qaeda dan Taliban, namun juga ada beberapa orang Arab, Chechen, Uzbekistan, dan Pakistan.
Drone dan aset-aset intelijen CIA diturunkan di pertempuran ini. U.S. Central Command (CENTCOM) juga turun tangan untuk mencari anggota Al-Qaeda dan Taliban.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kemenangan Koalisi
Menurut pakar Center for Technology and National Security Policy dari National Defense University, pasukan koalisi dinilai berhasil meraih kemenangan dalam Operasi Anaconda. Namun, turut dicatat awal pertempuran cukup berat.
Pada tahap awal pertempuran, pasukan koalisi dikejutkan dengan serangan perlawanan yang kuat, sehingga pasukan AS harus beradaptasi dengan situasi itu.
Akses lembah dinilai menyulitkan, tetapi hal itu melatih pasukan AS untuk operasi-operasi mereka ke depannya.
Pertempuran itu juga dinilai menyorot pentingnya aset-aset militer bagi tentara darat dan udara AS, seperti sistem C4ISR (command, control, communications, computers, intelligence, surveillance, and reconnaissance).
Advertisement