Bola Ganjil: Hiburan Hambar Manchester City

Hiburan utama di pertandingan sepak bola adalah gol. Semakin banyak yang tercipta, makin senang yang menyaksikan. Apalagi jika gol-gol tersebut tercipta lewat proses dan cara spektakuler.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 03 Mar 2022, 16:29 WIB
Manchester City tampil membosankan bersama Stuart Pearce. (AFP PHOTO/SCANPIX/HENNING BAGGER)

Liputan6.com, Jakarta - Hiburan utama di pertandingan sepak bola adalah gol. Semakin banyak yang tercipta, makin senang yang menyaksikan. Apalagi jika gol-gol tersebut tercipta lewat proses dan cara spektakuler.

Cara berpikir ini membuat laga dengan skor minim dicap membosankan. Padahal anggapan itu kerap muncul setelah melihat hasil saja, tanpa mempertimbangkan berlangsungnya laga.

Terlepas itu, penonton selalu ingin dalam keadaan senang. Tuntutan tersebut wajar karena mereka sudah mengeluarkan uang untuk membeli tiket.

Sayang Manchester City tidak bisa memenuhinya pada musim 2006/2007. Di bawah arahan Stuart Pearce, The Citizens hanya mencetak 10 gol dalam 19 pertandingan kandang. Membuat statistik tersebut lebih buruk, mereka juga kebobolan 16 kali.

Torehan maksimal Man City di depan pendukung sendiri kala itu adalah membuat tiga gol di satu laga. Ini terjadi ketika mereka menghajar Fulham 3-1. Catatan itu dibarengi kegagalan merobek gawang tim tamu di 12 partai.


Kontras dengan Sekarang

bola ganjil (Liputan6.com/Abdillah)

Data ini jelas kontras dengan kinerja tim saat ini. Bersama Pep Guardiola, mereka tidak kesulitan berpesta gol ke gawang lawan.

Kesuksesan mencetak minimal lima gol pada laga kandang jumlahnya puluhan. Korbannya pun tidak pandang bulu. Mereka pernah mencukur sesama tim kuat Chelsea 6-0, Februari 2019.

Sementara kemenangan kandang terbesar diraih atas Watford (8-0) pada September 2019, disusul Leeds United (7-0), Desember 2021.


Ada yang Lebih Buruk

BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Dengan rata-rata 1,37 gol per laga kandang, catatan Manchester City pada 2006/2007 jadi yang terburuk sepanjang sejarah kompetisi pada level tertinggi. Berada di posisi kedua Birmingham City (1948/1949) dan Leicester City (1971/1972) yang menorehkan 29 gol di 21 partai kandang atau 1,38 gol per pertandingan.

Meski buruk, statistik tersebut ternyata tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rapor Como pada Serie A 1984/1985. Mereka tidak terkalahkan di 15 partai kandang. Namun, Como cuma berjaya lima kali.

Catatan 10 hasil imbang didapat dengan sembilan di antaranya 0-0. Total mereka cuma membuat delapan gol di kandang atau 0,67 gol per partai.


Infografis

Infografis 5 Cara Cegah Covid-19 Saat Berolahraga di Gym. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya