Rabu Abu Bukan Sekadar Permulaan Masa Prapaskah Umat Katolik

Rabu Abu adalah perayaan penanda awal masa prapaskah bagi umat Katolik.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 02 Mar 2022, 15:31 WIB
Umat Kristen dengan dahi yang ditandai dengan salib abu berdoa di Gereja Redemptorist selama upacara Rabu Abu di Manila, Filipina (2/3/2022). Peringatan Rabu Abu pada tradisi prapaskah sempat dilarang dua tahun karena pandemi Covid-19. (Foto AP/Aaron Favila)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi umat Katolik, perayaan Rabu Abu yakni hari pertama Prapaskah, terjadi enam setengah minggu sebelum Paskah (antara 4 Februari dan 11 Maret, tergantung pada tanggal Paskah). 

Dilansir laman Britannica, Rabu (2/3/2022), Rabu Abu bukan hanya sekadar sebagai tanda permulaan masa Prapaskah, tapi peringatan khusyuk kematian manusia dan perlunya rekonsiliasi dengan Tuhan dan menandai awal dari masa Prapaskah yang penuh penyesalan. Hal ini biasanya dihayati dengan abu dan puasa.

Lamanya perayaan Prapaskah bervariasi, tetapi biasanya dimulai 6 minggu (42 hari) sebelum Paskah. Ini memberikan puasa hanya 36 hari (tidak termasuk hari Minggu). 

Secara tradisional, gereja membakar pohon palem dari kebaktian Minggu Palma tahun sebelumnya untuk membuat abu upacara gereja.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Makna Abu

Warga berbaris agar dahi mereka ditandai dengan salib abu di Gereja Redemptorist selama upacara Rabu Abu di Manila, Filipina (2/3/2022). Jutaan orang Filipina beramai-ramai ke gereja dan dahi mereka ditandai dengan salib abu untuk memperingati Rabu Abu. (AP Photo/Aaron Favila)

Abu memiliki makna alkitabiah sebagai sarana untuk mengungkapkan kesedihan, baik dalam arti berkabung maupun dalam mengungkapkan kesedihan atas dosa dan kesalahan.

Sejak awal, umat Katolik telah menggunakannya sebagai tanda pertobatan, dengan penggunaannya sekitar awal Prapaskah didirikan pada awal abad pertengahan.

Gerakan itu disertai dengan kata-kata "Bertobatlah, dan percayalah pada Injil," atau "Ingatlah bahwa kamu adalah debu, dan kamu akan kembali menjadi debu", frasa yang dirancang untuk mengingatkan manusia tentang kebutuhan untuk bertobat.


Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron:

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya