Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan perdagangan kripto, Amber kini telah bernilai USD 3 miliar atau sekitar Rp 43 triliun setelah putaran pendanaan yang dipimpin oleh perusahaan investasi milik negara Singapura, Temasek Holdings.
Amber Group mampu mengumpulkan USD 200 juta dalam putaran pendanaan Seri B+ seperti yang diungkapkan dalam pengumuman 21 Februari. Peserta lainnya termasuk Sequoia China, Pantera Capital, Tiger Global Management, Tru Arrow Partners, dan Coinbase Ventures. Amber kini telah meningkatkan valuasinya tiga kali lipat sejak Juni lalu ketika putaran pendanaan Seri B yang hanya bernilai USD 1 miliar.
Perusahaan, yang didirikan di Hong Kong oleh mantan traders Morgan Stanley, saat ini memiliki aset kelolaan senilai USD 5 miliar.
Perusahaan menyatakan berencana menggunakan investasi baru untuk membuat pekerja utama untuk mendukung bisnis institusional di Eropa dan Amerika. Selain itu untuk memperluas jangkauan global platform investasi kripto berbasis seluler WhaleFin sisi konsumen.
“Aset digital menjadi kategori yang semakin penting untuk diperhatikan, terutama bagi investor institusi,” kata Partner di Sequoia China, Steven Ji, seperti dikutip dari Coin Telegraph, Kamis (3/3/2022).
Baca Juga
Advertisement
Amber Group membantu investor institusi dan komersial berinvestasi dalam cryptocurrency. Hingga saat ini, mereka memiliki volume perdagangan kumulatif lebih dari USD 1 triliun.
Pertumbuhan Amber Group dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pendanaan yang diterima dan jumlah total kepemilikannya. Pada 1 Februari, platform perdagangan kripto yang berbasis di Jepang, DeCurret, menjual operasi kriptonya ke Amber Group.
Singapura telah menjadi salah satu pasar yang paling ramah bagi investor kripto. Menurut laporan KPMG baru-baru ini, ada sekitar USD 1,48 miliar investasi terkait kripto pada 2021 di Singapura.
Angka Itu naik 10 kali lipat dari 2020. Namun, dari 180 perusahaan yang telah mengajukan izin untuk mengoperasikan bisnis kripto di sana, hanya lima telah disetujui sejak Januari.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pasar Kripto Kembali Pulih, Hati-Hati Bull Trap
Sebelumnya, mengawali minggu pertama Maret 2022, pasar kripto terlihat alami penguatan yang serentak. Investor disambut dengan pasar kripto yang kembali menghijau.
Meski begitu, keadaan pasar yang mulai pulih tidak menjamin apakah tren bull run di pasar kripto akan terus berlanjut. Langit cerah saat ini masih membayangi market kripto, padahal akhir Februari lalu, market sempat tertekan dan jatuh, pasca memanasnya tensi geopolitik Rusia-Ukraina.
Akibatnya, banyak investor yang segan masuk lebih dalam ke aset yang volatil, seperti kripto. Kini situasi tersebut mungkin telah berbalik arah. Pantauan 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sukses bertengger di zona hijau dalam 24 jam terakhir. Bahkan, lajunya pun terbilang agresif.
Namun, yang menjadi pertanyaan dalam benak para investor kripto yaitu apakah ini sudah masuk dalam fase bull run atau malah bisa jadi bull trap?
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, saat ini investor kini nampaknya mulai menyadari bahwa memanasnya ketegangan Rusia-Ukraina membuka jalan terhadap adopsi aset kripto yang lebih luas lagi. Bahkan, beberapa pelaku pasar yakin Rusia akan mempercepat pengesahan aturan regulasi aset kripto.
"Namun, kembali lagi investor harus waspada akan potensi bull trap. Ketegangan geopolitik kedua negara hingga kini belum menurun. Kemudian, masih ada sentimen lainnya dari isu kebijakan moneter The Fed soal suku bunga yang masih intens. Sebaiknya, investor tetap tenang dan tidak panik atau wait & see," kata Afid dalam keterangan tertulis, Rabu, 2 Maret 2022.
Istilah bull trap mengemuka ketika situasi market bergerak secara keseluruhan. Bull trap adalah sinyal palsu, mengacu pada tren penurunan di saham, indeks, atau sekuritas lain yang berbalik setelah reli yang meyakinkan dan menembus level dukungan sebelumnya.
Dalam hal ini, investor juga masih perlu berhati-hati karena kondisi market yang terus menghijau tidak menjamin tren kenaikan akan terus berlanjut, justru malah bisa berbalik menjadi jebakan.
Advertisement