Perang Rusia-Ukraina Pengaruhi Kesejahteraan Warga Indonesia, Ini Hitungannya

Dampak perang Rusia-Ukraina semakin meluas ke negara-negara yang memiliki ikatan dagang baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

oleh Arthur GideonArief Rahman H diperbarui 04 Mar 2022, 22:08 WIB
Pemandangan alun-alun di luar balai kota Kharkiv yang rusak dan hancur akibat penembakan pasukan Rusia pada 1 Maret 2022. Alun-alun pusat kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, ditembaki oleh pasukan Rusia -- menghantam gedung pemerintahan lokal -- kata gubernur Oleg Sinegubov. (Sergey BOBOK / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Dampak perang Rusia-Ukraina semakin meluas ke negara-negara yang memiliki ikatan dagang baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Bahkan, tingkat kesejahteraan rumah tangga di beberapa negara lain terdampak perang Rusia-Ukraina.

Bagi Indonesia, angka kesejahteraan rumah tangga dilihat dari konsumsi tersebut berpotensi kehilangan sebesar USD 72 Juta. Namun, angka ini disebut masih lebih kecil dibanding negara-negara lainnya yang terdampak.

“Dari sisi ini, menunjukkan kesejahteraan rumah tangga dilihat dari sisi konsumsi, ternyata indonesia akan kehilangan, kalau dibanding negara di dunia, Indonesia termasuk yang cukup paling kecil kalau dari angkanya. Kalau di indonesia USD 72 juta akan loss,” kata Kepala Centre of Macroeconomics and Finance INDEF M Rizal Taufikurahman dalam diskusi virtual INDEF, Rabu (2/3/2022).

“Kalau negara-negara di Oceania itu turun USD 82 juta. Bahkan di Rusia sendiri terdampak perang bisa bayangkan kehilangan USD 30.000 juta, dan Ukraina USD 6.000 juta akan turun kesejahteraannya,” imbuh dia.

Informasi konflik kedua negara bekas Uni Soviet ini mempengaruhi minyak mentah dunia yang melambung tinggi. Dengan adanya kenaikan ini, berdampak baik positif dan negatif bagi indonesia.

Rizal menyebut, kenaikan ini satu sisi akan mendongkrak penerimaan dari pajak ekspor maupun impor. Namun di sisi lain juga berdampak ke sejumlah pos lainnya.

“Kalau dulu sebelum perang sampai akhir tahun 2021 kita masih betul-betul menikmati kenaikan harga komoditas, terutama beberapa komoditas tambang,” katanya.

“Untuk kenaikan harga oil ini ternyata bagi indonesia juga memberikan keberkahan, di sisi lain aktivitas perdagangan terganggu. Tapi setidaknya nilai devisa yang masuk masih bisa mendongkrak nilai GDP kita, tentu salah satunya dari penerimaan negara,” terang Rizal.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Waspada Inflasi

Sebuah mobil yang terbakar terlihat di depan gedung Balai Kota yang rusak di Kharkiv pada 1 Maret 2022. Alun-alun pusat kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, ditembaki oleh pasukan Rusia -- menghantam gedung pemerintahan lokal -- kata gubernur Oleg Sinegubov. (Sergey BOBOK / AFP)

Sementara itu, untuk pertumbuhan ekonomi riil, GDP sektor riil turun 0,014 persen terimbas dari perang dan harga akibat dari transisi dari kenaikan harga minyak dunia. Maka ini juga akan mendorong terjadi inflasi karena beberapa komoditas berperan penting.

“Karena beberapa komoditas yang berikan volatilitas inflasi sudah mulai gerak dan terutama minyak, gas, daging, yang pelan-pelan dimungkinkan komoditas-komoditas bahan pokok, apalagi menghadapi bulan puasa dan lebaran yang secara musiman terjadi peningkatan harga,” katanya.

“Apalagi kondisi saat ini di tengah pandemi, ini akan memberikan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek,” tambah Rizal.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya