Liputan6.com, Moskow - Puluhan demonstran anti-perang ditahan di Moskow dan Saint Petersburg pada Rabu (2 Maret) setelah kritikus Kremlin yang dipenjara Alexei Navalny meminta Rusia untuk memprotes invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
Polisi di kampung halaman Putin di Saint Petersburg membubarkan pengunjuk rasa dengan kasar dan menahan sekitar 100 orang, kata seorang jurnalis AFP di tempat kejadian. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Kamis (3/3/2022).
Advertisement
Di Moskow, penegak hukum menutup Lapangan Merah dekat Kremlin dan menahan setidaknya tujuh orang yang berkumpul sementara pengeras suara memperingatkan orang-orang agar tidak berkumpul.
Demonstrasi pada hari Rabu terjadi beberapa jam setelah Navalny menyerukan aksi unjuk rasa harian terhadap serangan militer, dengan mengatakan Rusia seharusnya tidak menjadi "negara pengecut yang ketakutan" dan menyebut Putin "tsar kecil yang gila".
Di Moskow, seorang wanita berjas merah berteriak, "Tidak ada perang!" sebelum diangkut oleh polisi ke sebuah van, menurut seorang wartawan AFP.
"Saya sedih melihat apa yang terjadi dan tidak melakukan apa-apa," kata seorang pria berusia lima puluhan kepada AFP, sebelum ditangkap bersama putranya, 17 tahun.
"Saya tidak bisa tinggal di rumah. Perang ini harus dihentikan," kata mahasiswa Anton Kislov (21) kepada AFP di Saint Petersburg.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penangkapan Demonstran
Kelompok pemantau independen OVD-Info mengatakan bahwa total lebih dari 7.000 orang di Rusia telah ditahan dalam demonstrasi atas invasi Moskow ke Ukraina yang dimulai Kamis lalu.
Navalny (45) memimpin protes terbesar di Rusia terhadap Putin dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi sasaran serangan racun yang dia tuduhkan pada Kremlin pada 2020.
Dia sekarang menjalani hukuman penjara atas tuduhan penipuan lama di luar Moskow.
Advertisement