Liputan6.com, Jakarta - Pemilik Chelsea Roman Abramovich jadi berita utama setelah memutuskan menjual klub di tengah spekulasi statusnya di Inggris dan kemungkinan sanksi, yang merupakan buntut perang Rusia-Ukraina. Pria berusia 55 tahun itu terkenal tertutup sepanjang waktunya di pucuk pimpinan The Blues, menurut Sporting News, Kamis (3/3/2022).
Ia hampir tidak pernah berbicara di depan umum terlepas dari citra klubnya yang terkenal. Alih-alih, Abramovich membiarkan orang lain berbicara untuknya selama bertahun-tahun, dengan anggota dewan, staf manajerial, dan staf eksekutif mengambil peran yang lebih bersinggungan dengan publik.
Namun, pengaruhnya dalam sepak bola Inggris dan Eropa tetap luas. Kekayaan serta pengawasannya telah mencatat peningkatan besar-besaran dalam kekayaan Chelsea dan Liga Premier secara keseluruhan.
Baca Juga
Advertisement
Lahir pada 1966 di Saratov, Rusia, sebuah kota pelabuhan utama di sudut barat daya negara itu, Abramovich adalah miliarder Rusia. Ia, tentu saja, paling terkenal karena perannya sebagai pemilik klub Liga Premier Chelsea.
Abramovich telah memperoleh kekayaannya melalui berbagai investasi. Ia juga dikenal melalui kemampuan analisisnya untuk membeli dan menjual bisnis, serta berbagai aset untuk mendapatkan keuntungan.
Ia telah menjalin pertemanan di "tempat-tempat tinggi" selama kariernya. Yang paling terkenal adalah persahabatannya dengan mantan presiden Rusia Boris Yeltsin dan presiden saat ini Vladimir Putin, meski kubunya membantah hubungan dengan Putin.
Selama kepresidenan Yeltsin, Abramovich tinggal di sebuah apartemen di dalam Kremlin atas permintaan Yeltsin. Menurut buku Richard Sakwa tahun 2019, The Crisis of Russian Democracy, Abramovich lah yang pertama kali merekomendasikan nama Putin pada Yeltsin sebagai penggantinya.
Menurut Forbes pada 2019, kekayaan bersih Abramovich tercatat sekitar 12,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS), menjadikannya orang terkaya ke-11 di Rusia. Kariernya tidak selalu mulus, karena Abramovich telah mengalami banyak masalah selama bertahun-tahun.
Pada 2008, The Times melaporkan bahwa bos Chelsea ini membayar miliaran dolar dalam suap politik dan biaya perlindungan sebagai imbalan atas saham aset minyak dan aluminium Rusia, menurut dokumen pengadilan. Ia juga memiliki masalah dengan Layanan Antimonopoli Rusia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Membeli Chelsea
Lebih lanjut dijelaskan, kepemilikan saham Roman Abramovich di berbagai bisnis di industri baja, pertambangan batu bara, dan gas alam telah membuatnya berbenturan dengan kelompok kampanye perubahan iklim. Abramovich tercatat mengambil kepemilikan Chelsea FC pada Juni 2003.
Melalui 100 persen kepemilikan saham di perusahaan induk Fordstam Limited yang berbasis di Inggris, Abramovich membeli klub dari Ken Bates, yang kemudian membeli Leeds United. Sejak diambil alih, Chelsea telah memenangkan 18 trofi, termasuk dua gelar Liga Champions, lima gelar Liga Inggris, dan yang terbaru Piala Dunia Antarklub 2022.
Advertisement
Utang Chelsea
Investasi besar-besaran Roman Abramovich di klub memang telah membangun Chelsea, tapi di sisi lain juga menimbulkan kerugian serius. Chelsea berutang sebesar 2 miliar dolar AS pada Abramovich, menurut laporan Front Office Sports.
Laporan itu bervariasi, tapi konsensus awal adalah ia merogok kocek minimal 2,5 miliar dolar AS untuk klub. Miliarder Rusia ini dikenal karena jari pemicunya yang cepat dalam memilih pelatih, dengan Chelsea memiliki 14 pelatih berbeda selama 19 tahun ia bertugas.
Ini termasuk satu tugas oleh Rafa Benitez dan dua oleh Guus Hiddink dengan label "sementara." Pelatih dengan masa jabatan terlama di bawah kepemilikan Abramovich adalah Jose Mourinho, yang bertugas selama tiga musim, antara 2004--2007.
Tidak Hanya Menjual Chelsea
Selama beberapa minggu terakhir, kepemilikan Roman Abramovich atas Chelsea semakin mendapat kecaman karena masyarakat internasional mencoba memberi sanksi pada Rusia atas invasinya ke Ukraina. Satu langkah yang diambil adalah memberi sanksi pada oligarki Rusia dengan pengaruh dan kekuasaan di Kremlin, yang kemudian menyeret nama Abramovich.
Namun, ia belum jadi target, meski penjualan cepat Chelsea yang dilaporkan sedang berlangsung bisa jadi indikasi bahwa pembekuan asetnya yang berbasis di Inggris mungkin sudah dekat karena tekanan politik meningkat. Abramovich faktanya tidak hanya mengambil langkah untuk menjual Chelsea.
Ia juga dilaporkan menjual propertinya di Inggris, menurut seorang pejabat pemerintah Inggris. Pergerakan tersebut menimbulkan spekulasi bahwa Abramovich ingin segera meninggalkan negara itu dan menghindari kerugian kepemilikan yang signifikan jika asetnya dibekukan dalam waktu dekat.
Advertisement