JPMorgan: Sanksi Ekonomi Akibat Serang Ukraina Bisa Bikin Rusia Gagal Bayar Utang

Dengan semakin meningkatnya dampak ekonomi dari invasi di Ukraina, JPMorgan memprediksi Rusia bisa menghadapi gagal bayar utang atau default.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Mar 2022, 06:15 WIB
Tentara Ukraina mengambil posisi di sebuah jembatan di dalam Kota Kiev, Ukraina, Jumat (25/2/2022). Rusia menekan invasinya sampai ke pinggiran Kiev setelah melepaskan serangan udara di kota-kota dan pangkalan militer serta mengirimkan pasukan dan tank dari tiga sisi. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Liputan6.com, Jakarta - Rusia tengah menghadapi penurunan pada nilai mata uang rubel, tutupnya pasar saham, dan penangguhan bisnis perusahaan-perusahaan global.

Situasi itu terjadi menyusul sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan Uni Eropa, atas invasi di Ukraina.

Dengan semakin meningkatnya dampak ekonomi dari invasi di Ukraina, JPMorgan memprediksi Rusia bisa menghadapi gagal bayar utang atau default.

"Sanksi yang dikenakan pada Rusia telah secara signifikan meningkatkan kemungkinan pemerintah Rusia menghadapi gagal bayar utang atau default," demikian catatan ahli strategi pasar di JPMorgan kepada klien, dikutip dari CNN Business, Jumat (4/3/2022).

Rusia sebenarnya memiliki uang tunai untuk melakukan pembayaran utangnya. Bank Sentral negara itu mendaftarkan cadangan internasional hingga senilai USD 643 miliar atau setara Rp 9,2 kuadriliun.

Namun JPMorgan menyebutkan, sanksi yang dijatuhkan oleh AS pada entitas pemerintah Rusia, "menjadi hambatan tinggi bagi Rusia untuk melakukan pembayaran obligasi di luar negeri."

Perkiraan Capital Economics juga mengatakan bahwa sekitar setengah dari cadangan internasional Rusia akan terkena dampak dari sanksi ekonomi - dan sebagian besar sisanya berupa emas, yang mungkin tidak mudah dikonversi menjadi uang tunai.

"Ini akan menjadi default logistik daripada kurangnya dana default," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group.

JPMorgan mengungkapkan, Rusia memiliki tagihan lebih dari USD 700 juta yang akan jatuh tempo pada bulan Maret, sebagian besar dengan masa tenggang 30 hari.


Bila Rusia Default, Bagaimana Nasib Keuangan Global ?

Tentara Ukraina berpatroli di daerah tidak jauh dari truk militer yang terbakar di sebuah jalan di Kyiv, Ukraina, Sabtu (26/2/2022). Pasukan Rusia menyerbu ke arah ibukota Ukraina Sabtu, dan pertempuran jalanan pecah saat pejabat kota mendesak penduduk untuk berlindung. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Rusia, saat ini merupakan ekonomi terbesar ke-12 di dunia. Negara itu terakhir kali menghadapi gagal bayar pada tahun 1998, yang memicu krisis ke luar negeri.

Tetapi, belum diketahui secara jelas seberapa luas dampak yang akan menyebar jika Rusia menghadapi gagal bayar di masa kini.

"Sistem keuangan dan lembaga keuangan kami memiliki eksposur yang relatif sedikit ke Rusia," kata Jerome Powell, ketua Federal Reserve, pada sidang DPR AS, Rabu (2/3).

"Bahkan eksposur terbesar yang mereka miliki tidak terlalu besar," ujar dia.

"Tidak ada. Gagal bayar itu hanya berarti beberapa orang akan kehilangan sejumlah uang," kata hedge fund manager Kyle Bass, kepada CNN, ketika ditanya apa arti gagal bayar Rusia bagi sistem keuangan global.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya