Liputan6.com, Jakarta - Kita tentu kembali amat berduka bahwa pada Rabu, 2 Maret 2022, ada 376 pasien COVID-19 yang meninggal dunia.
Walaupun memang angka ini jauh lebih rendah daripada waktu Delta, tetapi sekian ratus meninggal setiap hari tentu perlu dapat perhatian pula.
Advertisement
Apalagi, kalau kita lihat waktu Delta, tadinya angka kematian 27 Mei 2021 adalah 136 orang dan lalu naik menjadi 2.069 wafat pada 27 Juli 2021, jadi, di Delta angka kematian naik sekitar 15 kali lipat dalam dua bulan.
Nah, pada Omicron ini, pada 3 Januari 2022 yang meninggal lima orang dan kemarin 376 orang. Itu berarti sudah naik 75 kali dalam dua bulan juga.
Tentu baik dikaji kenapa pada Omicron yang tidak seberat Delta tapi, kok, kenaikan angka kematian tinggi sekali, dalam kurun waktu yang sama-sama dua bulan antaranya.
Sekali lagi, walaupun angka total kematian Omicron memang lebih rendah dari Delta.
Sementara itu, kalau kita lihat data dunia yang dikompilasi John Hospkins University per 1 Maret 2022, dicantumkan bahwa Indonesia ada di urutan ke-3 teratas dalam angka fatalitas yang disebut Observed Case Fatality Ratio.
Angka ini menunjukkan dari setiap 100 kasus COVID-19 di negara itu maka berapa banyak yang meninggal. Jadi jelas menunjukkan dampak penyakit terhadap terjadinya kematian di masing-masing negara.
Kita tertinggi nomor tiga di dunia dengan angka fatalitas 'Observed Case Fatality Ratio' sebesar 2,7 persen, di bawah Peru dan Meksiko.
Negara Asia lain peringkatnya jauh lebih rendah, yaitu India dan Vietnam di urutan 12 di mana 1,2 persen kasus COVID-19 yang meninggal, dan Jepang di urutan ke-20 dengan 0,5 persen.
Negara yang sedang ramai dibicarakan, Ukraina peringkat ke-6 dengan 2,2 persen dan Rusia peringkat ke-7 dengan kematian 2,1 persen akibat COVID-19.
Akan amat baik kalau kematian di hari-hari ini dapat lebih terkendali, walaupun jumlahnya memang jauh lebih kecil daripada waktu Varian Delta yang lalu.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Infografis Gejala Covid-19 Omicron dan Cara Penanganan
Advertisement