Liputan6.com, Jakarta Roman Abramovich telah siap menjual klub sepakbola Premier League miliknya, Chelsea, dan bakal menyumbangkan hasil penjualan bersihnya kepada para korban perang Rusia di Ukraina.
Keputusan ini menandakan akhir rezim kuatnya di kancah sepakbola Inggris selama 19 tahun. Pasalnya, ia telah mendapat tekanan politik dari Pemerintah Brittania Raya yang akan memberikan sanksi kepada seluruh aset milik miliarder Rusia di tanahnya.
Advertisement
Dalam pernyataan resminya, Abramovich telah meminta manajemen Chelsea untuk mendirikan badan amal. Dari lembaga tersebut, ia akan menyumbangkan semua hasil penjualan bersih untuk kepentingan korban perang di Ukraina.
"Yayasan ini akan menyediakan kebutuhan mendesak untuk para korban (Ukraina), sekaligus mendukung proses pemulihan jangka panjang," ujar Abramovich dikutip dari Forbes, Kamis (3/3/2022).
Menilik catatan sejarah, Abramovich mulanya membeli Chelsea yang tengah kesulitan keuangan seharga USD 190 juta pada 2023.
Sulap Jadi Klub Papan Atas Eropa
Pasca pengambilalihan itu, ia sukses menyulap Chelsea jadi salah satu klub besar Eropa, dengan dua gelar Liga Champions. Alhasil, klub asal London tersebut kini memiliki nilai pasar lebih dari USD 3 miliar, atau setara Rp 43,17 triliun (kurs USD 14.390 per dolar AS).
Pasca penjualan, miliarder asal Rusia tersebut diklaim tak akan meminta pinjaman apapun untuk dilunasi. Termasuk pinjaman USD 2 miliar (Rp 28,78 triliun) yang diberikannya kepada klub selama masa kepemilikannya.
Advertisement
Percepat Proses Penjualan
Abramovich pun menyatakan, tak akan mempercepat proses penjualan Chelsea dan bakal menghormati proses hukum.
Pengumuman itu menyusul upaya untuk melindungi kepemilikannya atas klub, dengan menyerahkan kendali tim kepada yayasan amal.
Namun, langkah tersebut rupanya tidak membuat anggota parlemen Inggris berhenti menyerukan pemberian sanksi kepada Abramovich.