Liputan6.com, Moskow - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov berkata tidak akan menggunakan nuklir untuk Perang Dunia III (World War III). Ia juga meminta agar barat berhenti melakukan histeria.
"Jelas bagi semua orang bahwa Perang Dunia III pasti menjadi (perang) nuklir, namun saya ingin menyorot bahwa pemikiran-pemikiran perang nuklir sedang berputar di kepala politisi-politisi barat, tetapi tidak di kepala orang-orang Rusia," ujarnya seperti dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Jumat (4/3/2022).
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, pihak Rusia juga membantah akan menginvansi Ukraina. Tuduhan invasi dituding sebagai "rumor" dan "histeria" saja.
Menlu Rusia kini berkata yakin dialog bisa menjadi jalan tengah. Negara pemilik senjata nuklir itu memberi syarat agar Ukraina tidak memiliki fasilitas infrastruktur yang mengancam Rusia.
Negara dengan militer terkuat kedua di dunia itu juga meminta adanya demiliterisasi di Ukraina. Hal itu akan ditekankan bila mereka melakukan perjanjian damai. Menlu Rusia berkata syarat-syarat yang diinginkan Rusia sudah jelas.
"Sebuah solusi tentunya akan ditemukan, saya tidak akan meragukannya. Syarat-syarat yang kami pandang sebagai minimum bukanlah rahasia," ujar Sergey Lavrov.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gedung Putih Nilai Retorika Nuklir Rusia Provokatif
Beberapa hari sebelumnya, Gedung Putih memberikan kecaman kepada Presiden Rusia Vladimir Putin yang memberikan komando kepada pasukan penangkal Rusia untuk bersiaga. Pasukan tersebut diketahui bisa menggunakan nuklir.
Retorika Presiden Putin dianggap provokatif karena para pemimpin dunia telah setuju bahwa pertempuran nuklir tak boleh dilakukan. Pihak Gedung Putih juga mengkritik narasi Rusia terkait NATO.
Sebelumnya, pihak Rusia berkata takut jika Ukraina masuk NATO karena dikhawatirkan punya potensi menyerang Moskow.
"Amerika Serikat maupun NATO tidak punya keinginan atau niat untuk konflik dengan Rusia," ujar jubir Gedung Putih Jen Psaki dalam konferensi persn, dikutip Selasa (1/3).
"Dan kami berpikir retorika provokatif seperti ini terkait senjata nuklir adalah hal yang berbahaya, menambah risiko miskalkulasi, harus dihindari, dan kami tidak akan mengikutinya," lanjut Psaki.
Pihak Gedung Putih juga mengaku sedang melakukan asesmen terhadap ucapan Vladimir Putin.
Advertisement