PLN Jamin Listrik Tetap Nyala di Tengah Kenaikan Harga Batu Bara

PLN memastikan kebutuhan batu bara sudah diamankan di tengah situasi internasional yang fluktuatif ditambah adanya perang Rusia-Ukraina. Hal ini karena adanya kontrak jangka panjang.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 04 Mar 2022, 12:45 WIB
Pekerja saat menyelesaikan aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan PT KCN Marunda, Jakarta Utara, Rabu (5/1/2022). Kebijakan itu diambil setelah mengetahui bahwa PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) mengalami krisis pasokan batubara hingga akhir 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah fluktuasi harga di pasar internasional, keamanan pasokan batu bara milik PT PLN (Persero) untuk kebutuhan pembangkit listrik di Tanah Air dipertanyakan.

Tingginya harga batu bara akibat gejolak politik internasional sempat dikhawatirkan akan kembali mengganggu pasokan batu bara untuk kebutuhan pembangkit-pembangkit yang dioperasikan PLN.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, telah meminta PLN untuk melakukan transformasi dalam tata kelola energi primer.

"Kebutuhan batu bara untuk pasar domestik sudah aman di tengah situasi internasional yang fluktuatif ditambah adanya perang Rusia-Ukraina. PLN telah mengubah sistem pengadaan batu bara secara digital dan berkoordinasi dengan kami di Kementerian BUMN dan Kementerian ESDM. Sehingga pengadaan batu bara untuk penyediaan listrik kepada masyarakat tetap terjaga," ucap Erick Thohir.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan, sesuai arahan Menteri ESDM dan Menteri BUMN, mekanisme pasokan kebutuhan batu bara sudah dibenahi oleh PLN dengan melakukan kontrak jangka panjang.

Itu dilakukan dengan monitor kewajiban pemenuhan kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) yang terpantau secara digital dan terintegrasi dengan sistem database di Kementerian ESDM sebagai regulator dalam pertambangan batu bara.

"Perubahan sistem kontrak berbasis digital yang kami kelola sekarang telah mengantisipasi kondisi fluktuatif harga batu bara di pasar internasional, sehingga ketersediaan batu bara tetap aman. Rata-rata stok pembangkit sudah di atas 15 hari operasi (HOP)," terangnya, Jumat (4/3/2022).

Darmawan menambahkan, kebijakan pemerintah serta dukungan DPR melalui Komisi VI dan Komisi VII yang tetap mematok harga DMO batu bara sebesar USD 70 per metric ton (MT), juga sangat membantu PLN untuk mengamankan pasokan batu bara di tengah lonjakan harga.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Monitoring Digital

Pasokan batu bara untuk pembangkit PLN hingga hari ini telah bertambah sebesar 7,5 juta ton. (Dok PLN)

Secara sistemik, PLN telah melakukan perubahan paradigma dalam monitoring dan pengendalian pasokan batu bara, yang semula berfokus pada pengawasan di titik bongkar (estimated time of arrival/ETA) menjadi berfokus di titik muat/loading.

Langkah pengawasan tersebut, tak hanya melalui fisik di lapangan, tetapi juga dengan integrasi sistem monitoring digital antara sistem PLN dengan sistem di Direktorat Jenderal Mineral Batubara (Ditjen Minerba) Kementerian ESDM.

Sistem ini memberikan informasi target loading yang terintegrasi dengan sistem di Ditjen Minerba yang mencatat realisasi loading dari setiap pemasok.

PLN bersama Kementerian ESDM lantas melakukan enforcement day to day kepada pemasok, untuk memastikan setiap pengiriman yang direncanakan dapat di-loading sesuai rencana.

"Apabila terjadi kegagalan loading, maka sistem terintegrasi antara PLN dan Ditjen Minerba akan langsung mengunci sehingga tidak memungkinkan pemasok tersebut melakukan ekspor," ujar Darmawan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya