Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan kinerja positif sepanjang 2021. Perseroan mencatat laba melambung 535,34 persen yoy menjadi USD 933,49 juta atau setara Rp 13,42 triliun pada 2021.
Menyusul laporan keuangan yang disampaikan kepada bursa, Selasa, 2 Maret 2022, saham ADRO terus mengalami kenaikan.
Advertisement
Pada perdagangan saat itu, saham ADRO ditutup naik 30 poin atau 1,16 persen ke posisi Rp 2.610. Pada perdagangan sesi pertama Jumat (4/3/2022), saham ADRO ditutup naik 290 poin atau 11,11 persen ke posisi 2.900. Sejak awal tahun, saham ADRO telah naik 430 poin atau 22,36 persen.
"Kinerja ADRO naik 100 persen lebih dibanding tahun 2020. Dengan kenaikan harga batu bara saat ini maka kinerja ini akan naik lagi, wajar bila ADRO saat ini menjadi incaran investor,” kata Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana kepada Liputan6.com, Jumat, 4 Maret 2022.
Meski demikian, Wawan mengatakan kenaikan harga batu bara saat ini sangat bergejolak. Dia menuturkan, ada kemungkinan harga batu bara akan turun tajam, mengingat pemicunya adalah krisis geopolitik Rusia-Ukraina yang berkembang dengan cepat.
Namun, jika terjadi penurunan, Wawan memproyeksikan harganya tidak akan berada di bawah USD 180 per ton. Hal itu lantaran kebutuhan batu bara dunia disebut masih akan tinggi, sejalan dengan pemulihan ekonomi pascapandemi.
"Saya sarankan untuk ADRO dapat dikoleksi untuk jangka panjang. Untuk yang lebih pendek disarankan dengan exit strategi seperti profit taking dan juga cut loss poin,” pungkasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pendapatan Tumbuh 58 Persen pada 2021
Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan kinerja positif sepanjang 2021. Hal itu ditunjukkan dari pertumbuhan pendapatan dan laba bersih Adaro Energy Indonesia.
PT Adaro Energy Indonesia Tbk mencatat pendapatan usaha bersih USD3,99 miliar atau setara Rp 57,43 triliun (asumsi kurs Rp 14.383 per dolar AS) pada 2021. Pendapatan usaha bersih itu tumbuh 58 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,53 miliar atau sekitar Rp 36,45 triliun.
Pendapatan tersebut naik seiring kenaikan harga jual rata-rata sebesar 70 persen seiring tingginya harga batu bara. Pada 2021, perseroan produksi sekitar 52,70 juta ton batu bara atau turun 3 persen yoy dan mencatat penjualan batu bara 51,58 juta ton pada 2021 atau susut 5 persen yoy.
Beban pokok pendapatan naik 14 persen dari USD 1,95 miliar pada 2020 menjadi USD 2,22 miliar pada 2021. Laba kotor meningkat 207 persen menjadi USD 1,77 miliar pada 2021 dari periode 2020 sebesar USD 577 juta. Hal itu juga mendorong laba usaha tumbuh 436 persen dari USD 285 juta pada 2020 menjadi USD 1,52 miliar pada 2021.
Selain itu, PT Adaro Energy Tbk mencatat laba inti naik 210 persen menjadi USD 1,25 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 405 juta.
"Pencapaian ini menunjukkan bisnis inti yang solid dan keunggulan operasional,” tulis manajemen perseroan dalam keterangan tertulis, Kamis (3/3/2022).
Adapun laba inti tidak termasuk komponen non operasional setelah dikurangi pajak, misalnya rugi derivatif instrument keuangan, rugi penurunan nilai pinjaman kepada pihak berelasi, rugi penurunan nilai aset tetap, dan rugi penurunan nilai wajar investasi pada perusahaan patungan terkait investasi pada aset batu bara bernilai kalor rendah di Kalimantan Timur.
Ebitda operasional naik 138 persen dari USD 883 juta pada 2020 menjadi USD 2,10 miliar pada 2021.
Sementara itu, PT Adaro Energy Tbk mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melambung 535,34 persen menjadi USD 933,49 juta atau setara Rp 13,42 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 146,92 juta atau sekitar Rp 2,11 triliun. Laba per saham dasar juga naik 538 persen menjadi USD 0,02927 pada 2021.
Advertisement