Tolak Invasi Rusia di Ukraina, Pemred Media Russia Today Pilih Resign

Pemimpin redaksi media pemerintah Russia Today ikut menolak invasi negaranya ke Ukraina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 04 Mar 2022, 17:32 WIB
Asap hitam mengepul dari bandara militer di Chuguyev, dekat Kharkiv, 24 Februari 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina. (Aris Messinis/AFP)

Liputan6.com, Moskow - Pemimpin media pemerintah Rusia ternyata ogah mendukung negaranya. Ia pun memilih mundur karena tak setuju terhadap invasi Ukraina

Pilihan itu diambil oleh Maria Baronova, mantan pemimpin redaksi (pemred) dari Russia Today. Media tersebut adalah salah satu andalan pemerintah Rusia. 

Russia Today (RT) telah dicekal di negara-negara Eropa karena menyebarkan propaganda

Menurut laporan situs pers Mediaite, Jumat (4/3/2022), Maria Baronova merasa invasi ini mengkhianati perjuangan Rusia pada zaman dulu. Pada 26 Februari lalu, ia juga berkata pemerintahan Vladimir Putin bersifat totalitarian.

Sikap Maria Baronova bertentangan dengan sikap jurnalis wanita lain, yakni Margarita Simonyan, pemred RT versi Bahasa Inggris. Margarita berkata warga yang menolak keputusan Putin berarti bukan orang Rusia. 

Pendapat Margarita dikritik oleh netizen Twitter, termasuk dari miliarder muda Vitalik Buterin, pembuat mata uang kripto Ethereum. 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Bank Dunia Ikut Prihatin dengan Invasi

Sebuah mobil rusak di luar balai kota Kharkiv yang hancur akibat penembakan pasukan Rusia pada 1 Maret 2022. Alun-alun pusat kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, dibombardir oleh pasukan Rusia -- menghantam gedung pemerintahan lokal -- kata gubernur Oleg Sinegubov. (Sergey BOBOK / AFP)

Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan perang Rusia Ukraina bakal menjadi bencana bagi dunia yang bisa memangkas pertumbuhan ekonomi global. Dia menyatakan keprihatinan terbesar jika invasi Rusia ke  Ukraina adalah tentang hilangnya nyawa manusia yang sedang terjadi. Ribuan warga sipil dan tentara diperkirakan tewas akibat pertempuran tersebut.

"Perang di Ukraina datang pada saat yang buruk bagi dunia karena inflasi sudah meningkat," kata David Malpass melansir BBC, Jumat (4/3).

Malpass mengatakan dampak ekonomi dari perang membentang di luar perbatasan Ukraina, dan kenaikan harga energi global khususnya paling memukul orang miskin, seperti halnya inflasi.

Harga pangan ikut melonjak imbas perang, dan merupakan pertimbangan dan masalah yang sangat nyata bagi orang-orang di negara-negara miskin.

Malpass menunjukkan bahwa baik Rusia dan Ukraina adalah produsen makanan besar. Ukraina adalah produsen minyak bunga matahari terbesar di dunia, dengan Rusia nomor dua, menurut S&P Global Platts. Di antara mereka, mereka menyumbang 60 persen dari produksi global.


Infografis Invasi Rusia:

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya