Dubes Sung Y. Kim: AS Dukung Ukraina Bela Negaranya dari Serangan Brutal Rusia

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sung Y. Kim mengatakan saat ini merupakan saat yang berbahaya bagi semua orang yang mencintai kebebasan di seluruh dunia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 05 Mar 2022, 11:00 WIB
Duta Besar AS untuk Indonesia, Sung Y. Kim. (Dok Kedubes AS)

Liputan6.com, Jakarta Menanggapi serangan Rusia ke Ukraina, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sung Y. Kim mengatakan saat ini merupakan saat yang berbahaya bagi semua orang yang mencintai kebebasan di seluruh dunia.

"Dengan melancarkan serangan brutalnya terhadap rakyat Ukraina, Vladimir Putin juga telah melakukan serangan terhadap prinsip-prinsip yang menjunjung perdamaian dan demokrasi global," ujar Dubes Kim melalui pernyataannya secara virtual yang dikutip Sabtu (5/3/2022).

Namun, sambung Dubes Sung Y. Kim, rakyat Ukraina sangat tangguh. "Mereka telah menjalani demokrasi selama beberapa dekade, dan keberanian mereka menginspirasi dunia. Amerika Serikat, bersama dengan para Sekutu dan mitra di seluruh dunia, akan terus mendukung rakyat Ukraina dalam membela negara mereka."

Menurutnya, dengan memilih untuk membiayai perang daripada berinvestasi untuk kebutuhan Rusia, invasi Putin ke Ukraina akan menjadi kegagalan strategis bagi Kremlin dan merusak masa depan rakyat Rusia.

"Ketika sejarah dalam era ini ditulis, hal itu akan menunjukkan bahwa pilihan Putin untuk meluncurkan serangan yang tidak beralasan, tidak dibenarkan, dan terencana membuat dunia lebih bersatu dan Rusia secara eksponensial lebih lemah," jelasnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sanksi untuk Rusia Invasi Ukraina

Pemandangan alun-alun di luar balai kota Kharkiv yang rusak dan hancur akibat penembakan pasukan Rusia pada 1 Maret 2022. Alun-alun pusat kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, ditembaki oleh pasukan Rusia -- menghantam gedung pemerintahan lokal -- kata gubernur Oleg Sinegubov. (Sergey BOBOK / AFP)

"Hal ini tidak akan berakhir baik bagi Vladimir Putin. Bersama-sama, Amerika Serikat dan para Sekutu serta mitra kami sedang mengambil tindakan untuk meminta pertanggungjawaban Rusia," imbuh Dubes Kim.

Ia menyebutkan, sebagai hasil dari koordinasi sanksi global yang belum pernah terjadi sebelumnya, Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Jepang, dan Kanada telah menghapus beberapa bank Rusia dari sistem pesan SWIFT dan memberlakukan tindakan pembatasan pada Bank Sentral Rusia.

Presiden Biden mengumumkan sanksi keuangan secara menyeluruh dan kontrol ekspor yang ketat yang akan merugikan ekonomi, sistem keuangan, dan akses Rusia ke teknologi mutakhir. Setelah Putin memulai invasinya, mata uang rubel mencapai titik terlemahnya dalam sejarah, dan pasar saham Rusia jatuh. Bersama dengan Inggris dan Uni Eropa, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada para perancang perang ini, termasuk Putin sendiri.

"Dengan bergerak dalam koordinasi yang erat serta koalisi yang kuat bersama Sekutu dan mitra yang mewakili lebih dari setengah ekonomi global, kami telah memperbesar dampak tindakan kami untuk membebankan biaya maksimum pada Putin dan rezimnya," tuturnya.

"Menanggapi perang sebagai pilihan Putin, kami akan membatasi kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis. Kami akan menghambat kemampuan Rusia untuk membiayai dan mengembangkan militernya. Kami akan melemahkan kemampuan Rusia untuk bersaing dalam ekonomi global. Dan kami siap untuk berbuat lebih banyak lagi," tambahnya.


Bantuan untuk Ukraina hingga Taktik Rusia

Orang-orang mengantre untuk menarik uang dari ATM Bank Alfa di Moskow, 27 Februari 2022. Warga Rusia berbondong-bondong ke bank dan ATM tak lama setelah Rusia melancarkan serangan ke Ukraina dan Barat mengumumkan sanksi yang melumpuhkan ekonomi. (AP Photo/Victor Berzkin)

Selain "hukuman" ekonomi, Presiden Biden mengesahkan tambahan bantuan keamanan senilai 350 juta dolar AS untuk segera membantu Ukraina mempertahankan diri, sehingga total bantuan keamanan Amerika ke Ukraina selama setahun terakhir menjadi lebih dari satu miliar dolar.

"Amerika Serikat juga telah berkoordinasi dengan negara-negara utama penghasil dan konsumen minyak dunia untuk menekankan kepentingan bersama kita dalam mengamankan pasokan energi global. Kami bekerja sama dengan perusahaan energi untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk memasok energi ke pasar, terutama sebagai akibat dari kenaikan harga," papar Dubes Kim.

Dubes Kim mengatakan bahwa serangan Rusia ke Ukraina sejatinya telah direncanakan oleh Vladimir Putin sejak lama. "Dia secara metodis telah memindahkan lebih dari 150.000 tentara serta peralatan militer ke perbatasan Ukraina. Dia juga memindahkan pasokan-pasokan darah ke posisinya serta membangun rumah sakit di lapangan, yang menunjukkan niatnya selama ini. Dia menolak setiap upaya itikad baik dari Amerika Serikat dan Sekutu serta mitra kami untuk mengatasi masalah keamanan yang dibuat-buat dan untuk menghindari konflik yang tidak perlu serta penderitaan manusia, dengan terlibat dalam diplomasi dan dialog."

"Putin mengeksekusi strategi permainamnya persis seperti apa yang pernah kami peringatkan tentang apa yang akan ia lakukan. Kita melihat kaki tangan Rusia meningkatkan aksi bombardir mereka di Donbas. Kita melihat panggung politik yang dipentaskan Moskow, dan mendengar klaim aneh dan tidak berdasar yang dibuat tentang Ukraina dalam upaya untuk membenarkan agresi Rusia."

"Rusia terus menjustifikasi agresi militernya dengan secara tidak benar dengan mengklaim kebutuhan untuk menghentikan “genosida” di Ukraina – meskipun tidak ada bukti bahwa genosida terjadi di sana. Kita telah melihat Rusia menggunakan taktik seperti ini sebelum mereka menginvasi Ukraina pada 2014 dan Georgia pada 2008."

Kemudian, sambung Dubes Kim, pada saat yang hampir bersamaan ketika Dewan Keamanan PBB bertemu untuk membela kedulatan Ukraina dan mencegah terjadinya bencana, Putih melancarkan invasinya serta melanggar hukum internasional. Rudal mulai menghujani kota-kota bersejarah di Ukraina. Kemudian datang serangan udara, deretan tank, dan batalion pasukan – semuanya "menunggangi" gelombang disinformasi dan kebohongan yang dibangkitkan kembali.

"Kami selalu transparan terhadap dunia. Kami mendeklasifikasi informasi intelejen kami sehubungan rencana Rusia ini agar tidak ada kebingungan maupun yang ditutup-tutupi. Putih adalah agresornya. Putin memilih perang ini. Dan kini rakyatnya akan menanggung konsekuensi keputusannya untuk berinvestasi di dalam perang, alih-alih berinvestasi untuk mereka."


Solidaritas

Ilustrasi bendera Amerika Serikat sebagai dukungan ke Ukraina. (AP/Andrew Harnik)

Di hadapan salah satu tantangan terberat bagi nilai-nilai demokrasi sejak Perang Dunia II, Dubes Kim menyatakan Amerika Serikat dan Sekutu serta mitra-mitra kami bergabung dalam solidaritas. Putin telah gagal meredupkan kepercayaan kita bersama akan hak dasar negara-negara berdaulat untuk memilih jalannya sendiri dan sekutu mereka.

"Putin akan gagal menghapus rasa bangga rakyat Ukraina sebagai bangsa."

"Beberapa hari, minggu, dan bulan ke depan akan sangat berat bagi rakyat Ukraina. Putin telah membawa penderitaan besar bagi mereka. Namun, rakyat Ukraina telah mengenal kebebasan selama 30 tahun, dan mereka telah berulang kali menunjukkan bahwa mereka tidak akan menoleransi siapa pun yang ingin membawa negara mereka mundur ke belakang."

"Dunia mengamati konflik ini secara saksama, dan jika tentara Rusia melakukan kekejaman, kita akan menjajaki semua mekanisme internasional yang dapat digunakan untuk mengadili mereka, baik itu anggota militer maupun pemimpin sipil."

Agresi Putin terhadap Ukraina akan sangat merugikan Rusia, baik secara ekonomi maupun strategis. Rakyat Rusia berhak mendapatkan yang lebih baik dari pemerintah mereka alih-alih tanggunan biaya masa depan yang besar yang disebabkan oleh invasi ini.

Kebebasan, demokrasi, dan martabat manusia adalah kekuatan yang jauh lebih tangguh dibandingkan ketakutan dan penindasan. Dalam kontestasi antara demokrasi dan otokrasi, antara kedaulatan dan penaklukan, satu yang pasti benar: Kebebasan akan menang.


Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya