Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus merayu pihak importir kedelai agar mau mendatangkan stok dari Australia. Sebab, kebutuhan kedelai nasional untuk produksi tahu dan tempe dan komoditas lainnya masih sangat tinggi.
"Kalau kedelai, saya sudah berbicara dengan importir, ini penting ketersediaannya karena kita sangat tinggi ketergantungannya dari importasi," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan dalam sesi bincang virtual, Sabtu (5/3/2022).
Oke menceritakan, beberapa waktu lalu dirinya sudah bicara dengan importir, karena mereka sempat mau menghentikan kegiatan importasinya akibat harga kedelai yang saat ini tinggi.
Harga kedelai ini tinggi karena beberapa faktor di luar negeri, seperti konflik antara Ukraina-Rusia yang tentunya berdampak terhadap nilai jual komoditas-komoditas lain.
"Tapi, ketersediaan kedelai saya sudah bicara dengan para importir, ini perlu tetap tersedia. Lebih baik tersedia daripada harga tinggi," tegas Oke.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Bisa Lepas dari Impor
Indonesia disebutnya tidak bisa terlepas dari ketergantungan kedelai impor. Sebab, sekitar 150 ribu pengrajin tahu tempe sangat tergantung dari ketersediaan kedelai.
"Kalau kedelai tidak tersedia itu berbahaya bagi keberlangsungan para pengrajin, karena mereka tergantung untuk produksi tahu dan tempe," kata Oke.
Pasca bernegosiasi dengan pihak importir, Oke pun menjamin stok kedelai untuk produksi tahu tempe di dalam negeri aman sampai akhir 2022 nanti.
"Kita sudah pastikan kepada importir untuk tetap menyediakan sebanyak 240 ribu ton per bulan. Kita jamin sampai akhir tahun aman. Jadi sepanjang tahun kita pastikan ketersediaan itu," tuturnya.
Advertisement