6 Fakta Menarik Ogan Komering Ilir, Punya Tradisi Pawai Pengantin Baru

Midang merupakan tradisi mengarak pasangan pengantin baru di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.

oleh Henry diperbarui 07 Mar 2022, 08:30 WIB
Warga menggunakan perahu motor sebagai transportasi alternatif dari Kota Palembang menuju Ogan Komering Ilir (OKI) di Sungai Baung, Sumsel, (24/30). Dari Kota Palembang menuju OKI hanya menghabiskan waktu 2 jam. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Ogan Komering Ilir (OKI) adalah kabupaten di Sumatra Selatan yang memiliki luas 19.023 km persegi dan berpenduduk sekitar 731.721 jiwa pada 2020. Kabupaten ini memiliki 18 kecamatan yang terdiri atas 314 desa beserta 13 kelurahan. Ibu kota OKI adalah Kayu Agung.

Sekitar 75 persen dari luas wilayah Kabupaten OKI merupakan bentangan rawa dan 25 persennya merupakan daratan. Daerah ini dialiri oleh banyak sungai dan memiliki wilayah pantai dan laut.

Wilayah pesisir Pantai Timur OKI meliputi Kecamatan Air Sugihan, Tulung Selapan, Cengal dan Kecamatan Sungai Menang. OKI juga memiliki Pelabuhan Sungai Lumpur yang memiliki dua dermaga.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Ogan Komering Ilir. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Ogan Komering Ilir yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Ragam Suku

Meski suku di Sumsel didominasi Melayu, ternyata warga OKI banyak berasal dari suku berbeda. Penyebabnya, Kayu Agung adalah salah satu wilayah perlintasan aktivitas perdagangan di era penjajahan Belanda.

Daerah OKI mayoritas ditinggali dan dihuni masyarakat suku asli Melayu. Namun, beberapa warga di sana lahir dari keturunan suku Komering, Jawa, Lampung dan Tionghoa, terutama di Kecamatan Tanjung Lubuk dan Kecamatan Kayu Agung.

Bahkan di wilayah tersebut, masyarakat masih sulit berbahasa Indonesia. Mereka kental dengan logat bahasa ibu, yakni lebih sering berbicara bahasa Jawa. Kendati begitu, warga di Kabupaten OKI juga ada yang berasal dari Sunda, Bali dan Bugis mayoritas bertempat tinggal di daerah Mesuji, Lempuing, dan Sungai Menang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


2. Tradisi Pernikahan

Tradisi Midang di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. foto: Instagram @oerlee

Acara pernikahan di OKI dulu sering digelar dengan melaksanakan tradisiMidang yang sudah ada sejak abad ke-17. Midang merupakan kebiasan mengarak pasangan pengantin agar masyarakat tahu siapa saja masyarakat setempat yang sudah menikah. Midang yang biasanya diiringi musik tradisional seperti tanjidor.

Seiring berjalannya waktu, tradisi ini sudah mulai langka. Agar budaya Midang tidak hilang, di hari ketiga atau keempat lebaran atau Hari Raya Idul Fitri, Kayu Agung akan diramaikan oleh muda-mudi dan pasangan pengantin baru yang berpawai mengelilingi Kota Kayu Agung. Mereka berjalan mengelilingi kota sambil mengenakan pakaian adat pernikahan khas Kayu Agung dan biasanya didampingi keluarga maupun teman-teman pasangan pengantin.

Pemerintah Daerah OKI melalui Dinas Pariwisata bahkan mengagendakan acara ini secara nasional. Sejak beberapa tahun lalu, setiap kelurahan yang akan mengadakan midang akan mendapatkan bantuan dana untuk penyelenggaraan acara tersebut. Upaya ini sebagai usaha pemerintah daerah untuk melestarikan kebudayaan yang telah turun-temurun ini di masyarakat OKI, khususnya di Kayu Agung.

 


3. Baju Adat

Ilustrasi kebaya. (dok. Liputan6.com/Tri Ayu Lutfiani)

Hal menarik lainnya di OKI yakni memiliki ragam desain baju adat. Alasannya, baju adat di sana pasti berbeda untuk setiap momen. Angkinan misalnya, merupakan baju pengantin adat Kayu Agung. Namun pada setiap sesi acara, pengantin akan berganti dengan jenis lainnya.

Selain Angkinan, tradisi pernikahan di OKI juga mengenakan Kebaya Tojang yang biasanya dipakai oleh tamu kehormatan. Selanjutnya, ada Kebaya Kurung Panjang dan Kebaya Tapuk yang hanya boleh dipakai bagi perempuan bersuami.

Sedangkan, seorang wanita belum bersuami mengenakan pakaian adat Kebaya Kurung Pendek. Lalu, para pria akan memakai busana adat balah buluh yang wajib dikenakan dengan kepudang atau sering disebut kopiah.


4. Wisata OKI

Kawasan Wisata Teluk Gelam di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. foto: Instagram @pemudatelukgelam

OKI mempunyai tempat wisata menarik, seperti Danau Teluk Gelam di kawasan lintas timur Sumatra. Danau ini menyediakan beberapa fasilitas permainan air, seperti perahu dayung dan area memancing. Sebutan Danau Teluk Gelam karena lokasi wisata di sana tumbuh pohon jenis gelam di tengah danau.

Tempat wisata lainnya adalah Pulau Maspariang yang berada di Desa Sungai Lumpur, Kecamatan Tulung Selapan. Kalau ingin berkunjung ke Pulau Maspari, Anda harus melewati jalur air dari Sungai Musi. Pulau ini menawarkan hamparan pasir putih yang memukau pemandangan yang sangat indah dan deburan ombak yang bersahabat.

Tempat ini sangat cocok untuk melakukan diving, snorkeling, serta berbagai olahraga air lainnya. Destinasi wisata menarik lainnya dari OKI adalah Lebak Air Itam, Danau Teluk Rasau, Bukit Batu, Lebak Deling, Pantai Tanjung Menjangan, Rumah Limas 100 Tiang dan lain-lain.


5. Kuliner Khas OKI

Bukan sembarang kue, kue burgo adalah menu favorit di Jambi. (Bangun Santoso/Liputan6.com)

Ogan Komering Ilir punya beberapa kuliner khas. Salah satunya adalah Bolu Cupu. Bolu ini hanya terbuat dari tiga bahan yaitu telur, tepung terigu, dan gula serta tidak menggunakan bahan pengawet. Rasanya sangat gurih sekali. 

Ada juga Sambal Linkung yang berbahan utama ikan gabus. Ikan itu ditambahkan kecap dan rempah-rempah dapur seperti jahe, lada bubuk, sangrai yang ditumbuk dicampur menjadi suatu rempah yang rasanya sangat enak.

Ada juga Burgo yang berbahan tepung beras dan tepung kanji. Makanan ini banyak membutuhkan rempah-rempah, seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, jahe, lengkuas dan ketumbar.


6. Tari Tradisional

Ilustrasi tarian, menari. (Photo by moon chahcha from Pexels)

Kabupaten OKI punya dua tarian tradisional yang khas, yaitu Tari Penguton dan Gopung Tari. Tari Penguton lahir pada 1889 oleh keluarga Pangeran Bakri. Tarian ini disempurnakan untuk penyambutan kedatangan Gubernur Jendral Belanda. Sejak itu, tarian ini dijadikan sebagai tari sekapur sirih Kayu Agung.

Tari Penguton dibawakan oleh sembilan orang gadis yang dipilih dari sembilan marga yang ada di Kayu Agung menggunakan iringan musik perkusi seperti gamelan, gong dan gendang. Pada 1992, tari ini dibakukan sebagai tari sekapur sirih Kabupaten OKI.

Tari Gopung merupakan tari-tarian yang digunakan untuk penobatan raja-raja. Tarian ini lahir pada 1778 di suku Bengkulah Komering. Fungsi tarian ini sampai sekarang masih eksis digunakan sebagai tari penobatan pangkat dan penyambutan tamu pemerintah di Kecamatan Tanjung Lubuk.

 


4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya