Untung Rugi Lonjakan Harga Minyak Dunia Bagi Indonesia

Konflik Rusia-Ukraina mengerek harga minyak dunia secara signifikan.

oleh Tira Santia diperbarui 07 Mar 2022, 18:54 WIB
Ilustrasi harga minyak

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Energi sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan, mengatakan kenaikan energi dunia pastinya akan berdampak positif dan negatif bagi APBN Kita terutama soal PNBP dan beban subsidi.

“Terkait dengan konflik Rusia-Ukraina yang pasti sudah mengerek harga minyak dunia secara signifikan. Kenaikan ini pastinya akan menyebabkan pemerintah mendapatkan windfall setiap dolar kenaikan ICP,” kata Mamit kepada Liputan6.com, Senin (7/3/2022).

Dia menjabarkan, setiap kenaikan USD 1 Indonesian Crude Price (ICP), berdampak terhadap penerimaan negara sebesar Rp 1,1 triliun, tetapi ini tidak diimbangi dengan beban subsidi yang meningkat.

“Berdasarkan data ESDM, kenaikan USD 1 ICP berdampak terhadap subsidi LPG sebesar  Rp 1,47  triliun dan subsidi minyak tanah sebesar Rp 49 miliar, dan beban kompensasi sebesar Rp 2,65 triliun. Dengan demikian, beban subsidi lebih besar jika dibandingkan dengan penerimaan yang didapatkan,” jelasnya.

Tak hanya itu saja, kenaikan energi dunia ini juga berdampak terhadap keuangan Pertamina yang pastinya akan semakin berat terutama sektor hilir. Kenaikan ini pasti akan menaikan harga MOPS/Argus yang menjadi faktor utama pembentuk harga BBM.

“Harga minyak dunia merupakan komponen utama  pembentuk harga yaitu 60 persen,” ucapnya.

Menurutnya, yang harus dilakukan pemerintah cukup berat dan sulit. Untuk BBM Mamit memperkirakan Pemerintah Indonesia bisa segera menjalankan program peningkatan populasi EV.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Konversi BBM

Penguatan dolar dan produksi minyak Rusia serta ekspor Irak tinggi membuat harga minyak dunia merosot 5 persen.

Selain itu, program konversi BBM ke Compressed Natural Gas (CNG) kembali digalakkan sehingga mengurangi impor BBM. Kemudian, program Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Roof Refinery (GRR) harus bisa dikejar agar bisa menjadi kemandirian energi kita.

“Program ini bisa mengurangi impor BBM dan LPG ke depannya. Untuk LPG, program DME bisa jalankan secepatnya karena bisa mengurangi impor. Selain itu, program jargas juga harus kembali digalakkan. Program kompor induksi PLN akan memegang peranan penting dalam mengurangi impor LPG ke depannya,” pungkas Mamit. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya