Brand Mewah Ramai-Ramai Tutup Toko di Rusia Usai Serang Ukraina, dari Chanel hingga Hermes

Chanel hingga Hermes melancarkan aksi protes mereka terhadap tindakan Rusia yang menyerang Ukraina.

oleh Putu Elmira diperbarui 08 Mar 2022, 03:01 WIB
Model memperlihatkan tas Hermes Birkin Himalayan Crocodile di Christies Hong Kong, 4 Mei 2017. Tas Hermes Himalaya ini memecahkan rekor sebagai tas tangan termahal setelah terjual seharga US$380 ribu (sekitar Rp5 miliar) dalam lelang. (ISAAC LAWRENCE/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Rumah-rumah mode mewah dunia, seperti Chanel hingga Hermes, menutup toko-toko mereka di Rusia setelah negara ini menginvasi Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari 2022 memerintahkan pasukannya menyerang Ukraina dari laut, darat, dan udara.

Dilansir dari Marie Claire, Senin (7/3/2022), penghentian perdagangan di Rusia ini sebagai bentuk dukungan brand fesyen dunia untuk Ukraina. Selain Chanel dan Hermes, Gucci dan perusahaan kecantikan L'Oreal juga mengambil langkah serupa.

Hermes dan Richemont, pemilik Cartier, adalah pihak pertama yang menutup toko. Mereka menghentikan perdagangan selama invasi yang merenggut ratusan nyawa tersebut.

Richemont menyebut tantangan operasional serta kekhawatiran bagi staf mereka sebagai alasan menghentikan penjualan. Sedangkan, Hermes tidak memberikan alasan terkait keputusan yang diambil.

Rumah mode mewah yang terkenal dengan Birkin Bag ikonik itu hanya mengumumkan penutupan toko. Pihaknya menyebut, "Menutup sementara toko kami di Rusia dan menghentikan semua kegiatan komersial kami."

Hermes memiliki tiga toko di Rusia. Setidaknya ada 60 karyawan di Rusia yang bekerja untuk brand mewah asal Prancis tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pernyataan Sikap Brand Mewah

Ilustrasi tas Chanel. (dok. Laura Chouette/Unsplash)

Sementara, Chanel mengunggah pernyataan mereka di LinkedIn, "Mengingat meningkatnya kekhawatiran kami tentang situasi saat ini, meningkatnya ketidakpastian, dan kompleksitas untuk beroperasi, Chanel memutuskan untuk menghentikan sementara bisnisnya di Rusia."

Chanel juga membagikan unggahan melalui akun Instagram resmi. Mereka merilis pernyataan terkait dukungan atas perdamaian dan semua orang yang terdampak perang yang terjadi di Ukraina.

"Sejak awal konflik ini, perlindungan dan keselamatan karyawan kami yang terkena dampak telah menjadi prioritas utama kami, memberikan dukungan finansial, moral, dan organisasi. Pada saat kritis ini, kami telah memutuskan untuk menyumbangkan langsung sebesar dua juta Euro untuk dua organisasi terpercaya, perawatan, dan UNHCR-UN Refugee Agency, yang diakui sebagai dukungan bagi pengungsi di perbatasan dan untuk perawatan khusus keluarga dan anak-anak," bunyi keterangan itu pada 3 Maret 2022.


Bantuan Donasi

Pengungsi, sebagian besar wanita dan anak-anak, menunggu di perbatasan Ukraina di Medyka, Polandia, Sabtu (5/3/2022). Mereka melarikan diri dari invasi Rusia di Ukraina. (AP Photo/Visar Kryeziu)

Poin kedua, pihak Chanel menyebut akan bekerja sama dengan mitra lokalnya untuk memberi dukungan kritis di masa depan dalam jangka menengah dan panjang kepada perempuan dan anak-anak yang terdampak situasi yang berkembang ini. Mereka juga bicara terkait dukungan untuk para karyawan.

"Karena banyak di seluruh perusahaan kami mencari cara untuk menyumbang, kami akan menyediakan mekanisme untuk kontribusi keuangan karyawan, jika memungkinkan yang juga akan disumbangkan Chanel," lanjut pernyataan itu.

Chanel menambahkan, pihaknya adalah satu komunitas dan percaya pada upaya diplomatik. "Dan berharap untuk penyelesaian konflik ini dengan segera dan damai," tutup Chanel.


Sederet Brand Mewah Lainnya

Ilustrasi Dior. (dok. P.L/Unsplash.com)

Dilansir dari BBC, Senin (7/3/2022), LVMH yang menaungi merek-merek seperti Christian Dior, Givenchy dan Bulgari, akan menutup 124 butiknya di Rusia mulai Minggu, 6 Maret 2022. Kering, yang merupakan rumah bagi Gucci dan Saint Laurent, memiliki dua toko di Rusia, bersama dengan 180 karyawan di negara tersebut.

Perusahaan Prancis itu mengatakan keputusannya itu karena "kekhawatiran yang berkembang mengenai situasi saat ini di Eropa". Seorang eksekutif di department store mewah Ukraina menyebut kepada BBC bahwa perusahaan kelas atas harus "memilih kemanusiaan daripada keuntungan moneter".


Infografis Desainer Indonesia di Pentas Fesyen Dunia

Infografis desainer Indonesia di pentas fesyen dunia (Liputan6.com/Trie Yasni))

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya