Liputan6.com, Jakarta - Harga emas mampu menembus level USD 2.000 per ounce para perdagangan Senin. Harga emas ini menembus rekor tertinggi sepanjang masa.
Sedangkan harga paladium sempat mencapai rekor tertinggi di tengah kekhawatiran gangguan pasokan setelah meningkatnya krisis Rusia dan Ukraina.
Mengutip CNBC, Selasa (8/3/2022), harga emas di pasar spot naik 1,5 persen dan ditutup di level USD 1.997,91 per ounce setelah sebelumnya sempat menyentuh angka USD 2.000 yang merupakan harga tertinggi sepanjang masa. Sebelumnya, rekor tertinggi dicetak pada 19 Agustus 2020.
Sedangkan harga emas berjangka AS naik sekitar 1,77 persen menjadi USD 2.001,40 per ounce.
"Emas kemungkinan akan terus berada di kisaran USD 2.000. Tetapi dengan asumsi tidak ada perubahan dengan situasi antara Rusia dengan Ukraina maka harga emas bisa melonjak ke USD 2.100 dan kembali mencetak rekor tertinggi baru sepanjang masa," kata analis senior OANDA Jeffrey Halley.
Sedangkan harga paladium turun 0,23 persen menjadi USD 2.995,39 per ounce sekitar pukul 4 sore, setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di angka USD 3.440 pada perdagangan hari sebelumnya.
Analis teknis Wang Tao mengatakan bahwa harga emas di pasar spot diperkriakan akan terus merangkak naik menuju USD 2.065 per ounce.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Emas Diprediksi Makin Mahal
Sebelumnya, harga emas menguat dan naik lebih dari USD 35 pada perdagangan Jumat pekan lalu. Hal ini dipicu oleh aksi pasukan Rusia mengambil alih pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar Eropa di Ukraina.
"Sayangnya, tidak ada tanda-tanda bahwa Anda akan melihat eskalasi perang di Ukraina dalam waktu dekat. Saat kita melihat dampaknya terhadap ekonomi global, Anda akan melihat kekhawatiran pertumbuhan global dan tekanan inflasi menjadi tema dominan. Itu kemungkinan akan mengarah pada aliran safe-haven lebih lanjut, dan emas akan bersinar," kata analis pasar senior OANDA Edward Moya dikutip dari Kitco.com, dikutip Senin (7/3/2022).
Sementara, gambaran makro disiapkan untuk emas mencapai USD 2.000 per ons seiring komoditas lainnya, termasuk minyak, palladium, nikel, gandum, dan lonjakan jagung.
"Seperti yang terlihat, Anda memiliki terlalu banyak komoditas utama yang cenderung terus meningkat, biji-bijian, logam, energi. Kami akan melihat kenaikan harga di masa mendatang," kata Moya.
Jika lonjakan komoditas memiliki dampak jangka panjang pada inflasi, bank sentral akan dipaksa untuk menaikkan suku bunga lebih agresif.
Tapi itu tidak berarti itu buruk untuk emas. Ketika bank sentral AS menunjukkan perlawanan terhadap putaran cepat kenaikan suku bunga saat mereka menilai dampak perang, Anda tidak boleh mengesampingkan kemungkinan kenaikan setengah poin akhir tahun ini.
“Saya masih di kubu empat atau lima kali kenaikan suku bunga tahun ini. Kita bisa melihat The Fed menjadi lebih agresif dalam memerangi inflasi musim panas ini. Ketidakpastian dan perdebatan itu seharusnya positif untuk emas dan membantu emas naik ke USD 2.000,” kata Moya.
Advertisement