Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak tak mampu mempertahankan kenaikan setelah melalui sesi yang cukup liar pada perdagangan Senin. Harga minyak akhirnya turun setelah di sesi awal melonjak ke atas level USD 130 per barel.
Pada perdagangan Minggu malam, harga minyak melonjak karena pasar bereaksi terhadap gangguan pasokan yang berasal dari invasi Rusia ke Ukraina dan kemungkinan larangan ekspor minyak dan gas alam Rusia.
Tapi harga kemudian turun, setelah pedagang energi senior di CIBC Private Wealth Rebecca Babin berkomentar bahwa Jerman sepertinya enggan untuk melarang impor energi dari Rusia.
"Minyak mentah turun dari level tertinggi menyusul komentar dari Jerman yang mengatakan mereka tidak memiliki rencana untuk menghentikan impor energi Rusia," katanya.
Mengutip CNBC, Selasa (8/3/2022), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan harga minyak AS, pada satu titik melonjak menjadi USD 130,50 per barel pada malam. Angka ini tertinggi sejak Juli 2008.
Kemudian harga minyak WTI berjangka turun dan ditutup hanya naik 3,2 persen persen ke level USD 119,40, yang merupakan level tertinggi sejak September 2008.
Sedangkan harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan internasional, ditutup naik 4,3 persen pada USD 123,21 per barel. Brent mencapai tertinggi USD 139,13 per barel pada satu titik semalam, juga tertinggi sejak Juli 2008.
"Harga minyak naik di tengah prospek embargo penuh minyak dan produk Rusia," kata John Kilduff dari Again Capital.
“Harga bensin yang sudah tinggi akan terus naik dengan cara yang menggelegar. Harga di beberapa negara bagian akan menuju USD 5 dengan cukup cepat.” tambah dia.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Embargo AS dan Sekutunya
AS dan sekutunya sedang mempertimbangkan untuk melarang impor minyak dan gas alam Rusia, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dalam sebuah wawancara dengan "State of the Union" CNN pada hari Minggu.
“Kami sekarang berbicara dengan mitra dan sekutu Eropa kami untuk melihat secara terkoordinasi prospek pelarangan impor minyak Rusia sambil memastikan bahwa masih ada pasokan minyak yang tepat di pasar dunia,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat Nancy Pelosi mengatakan dalam sebuah surat kepada rekan-rekan Demokrat pada Minggu malam bahwa Dewan Perwakilan Rakyat AS sedang menjajaki undang-undang untuk melarang impor minyak Rusia. Ini merupakan langkah yang akan lebih jauh mengisolasi Rusia dari ekonomi global.
Sementara sanksi Barat terhadap Rusia sejauh ini memungkinkan perdagangan energi negara itu berlanjut, sebagian besar pembeli sudah menghindari produk Rusia. Enam puluh enam persen minyak Rusia sedang berjuang untuk menemukan pembeli, menurut analisis JPMorgan.
Advertisement