Liputan6.com, Jakarta - Binance, salah satu perusahaan terbesar pertukaran kripto, telah mengumumkan niat untuk membantu rakyat Ukraina dari konflik yang saat ini terjadi.
Binance mengumumkan akan menyumbangkan setidaknya USD 10 juta atau sekitar Rp 143,7 miliar untuk mendukung upaya kemanusiaan memperbaiki situasi warga Ukraina di tengah konflik.
Advertisement
Donasi diberikan oleh Binance Charity Foundation dan akan dibagi antara organisasi nirlaba serta pemerintah yang ada di negara tersebut.
Di antara organisasi-organisasi ini adalah UNICEF, yang memiliki sejarah panjang kerjasama dengan Binance tujuan kemanusiaan. Organisasi lain yang akan mengelola sebagian dari dana tersebut termasuk UNHCR, Badan Pengungsi PBB, Isans, dan People in Need, yang akan memfokuskan upaya mereka untuk mendukung anak-anak terlantar dan keluarga mereka.
Selain itu, untuk mengkoordinasikan bantuan pihak ketiga yang juga ingin menyumbang, Binance meluncurkan program inisiatif crowdfunding yang disebut “Humanity First Ukraina Emergency Relief Fund”.
Dalam program ini, siapapun dapat memasukkan sebagian dari dana kripto mereka untuk inisiatif ini.
“Dana ini akan diarahkan untuk membantu memberikan bantuan darurat kepada pengungsi dan anak-anak dan untuk mendukung logistik di lapangan seperti makanan, bahan bakar, dan persediaan untuk pengungsi,” kata pihak Binance, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (8/3/2022).
Binance telah menyumbangkan 16.042 BNB untuk dana ini, pada saat donasi tersebut setara dengan USD 6 juta. Donatur lain juga telah berkontribusi untuk dana tersebut.
Ada sekitar lebih dari 370 transaksi yang dilakukan ke alamat yang terkait dengan dana ini, dengan total yang disumbangkan mencapai 148,25 BTC, senilai sekitar USD 6 juta.
Binance bukan satu-satunya yang mengkoordinasikan donasi terkait dengan konflik Ukraina. Pemerintah Ukraina mulai meminta sumbangan cryptocurrency secara langsung pada Sabtu minggu lalu, melalui alamatnya sendiri yang diposting di media sosial.
Pemerintah Ukraina menerima Bitcoin, Ether, dan USDT untuk sumbangan. Adapun komunitas kripto secara global telah menyumbangkan lebih dari USD 10,6 juta di 13.670 transaksi yang diarahkan ke alamat yang disebutkan di atas.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Binance Tak Bakal Blokir Akun Pengguna Rusia, Ini Alasannya
Sebelumnya, perusahaan pertukaran kripto Binance mengatakan pihaknya tidak akan “secara sepihak” membekukan akun pengguna Rusia, setelah wakil perdana menteri Ukraina meminta pertukaran mata uang kripto untuk mengambil tindakan tersebut.
"Kami tidak akan secara sepihak membekukan jutaan akun pengguna yang tidak bersalah,” kata juru bicara Binance kepada CNBC, seperti dikutip Senin, 28 Februari 2022.
"Kripto dimaksudkan untuk memberikan kebebasan finansial yang lebih besar bagi orang-orang di seluruh dunia. Memutuskan secara sepihak untuk melarang akses orang ke kripto mereka akan bertentangan dengan alasan mengapa kripto ada,” lanjut pernyataan Binance.
Sebelumnya, pada Minggu, wakil perdana menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov meminta perusahaan pertukaran kripto untuk memblokir alamat pengguna Rusia.
“Sangat penting untuk membekukan tidak hanya alamat yang terkait dengan politisi Rusia dan Belarusia, tetapi juga untuk menyabotase pengguna biasa,” kata Fedorov dalam sebuah cuitan di Twitter.
Rusia yang terus menyerang beberapa kota di Ukraina mendapat kecaman dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) sehingga membuatnya harus menerima berbagai sanksi.
AS dan UE memberikan sanksi yang menargetkan bank-bank Rusia, utang negara, orang terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin dan presiden itu sendiri. Salah satu dampak dari sanksi tersebut adalah Rubel Rusia nilainya sempat anjlok.
Menanggapi sanksi yang diberikan pada Rusia, Binance mengatakan, mereka akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan Binance mengambil tindakan terhadap mereka yang memiliki sanksi tanpa merugikan pada pihak yang tidak bersalah.
“Jika komunitas internasional memperluas sanksi itu lebih jauh, kami akan menerapkannya secara agresif juga. Binance mengatakan akan memblokir akun setiap individu dalam daftar sanksi dan memastikan bahwa semua sanksi dipenuhi secara penuh,” tambah juru bicara Binance.
Tak hanya Binance, perusahaan pertukaran kripto lainnya juga tidak dapat membekukan akun milik klien mereka yang berasal dari Rusia. CEO Kraken, Jesse Powell, salah satu pertukaran cryptocurrency besar lainnya, mengatakan di Twitter Senin, perusahaan tidak dapat membekukan akun klien Rusia tanpa persyaratan hukum untuk melakukannya.
Namun, salah satu platform yang memperdagangkan item dalam game virtual, Dmarket, dalam sebuah pernyataan di Twitter mengatakan telah memutuskan semua hubungan dengan Rusia dan Belarus karena invasi Rusia ke Ukraina.
Perusahaan mengatakan pengguna dari Rusia dan Belarus dilarang mendaftar ke Dmarket dan akun pengguna dari negara tersebut telah dibekukan. Rubel Rusia telah dihapus dari platform, menurut Dmarket, yang menyebut dirinya startup kelahiran Ukraina.
Advertisement