Liputan6.com, Surabaya - Hanacaraka, merupakan nama Bahasa Jawa Kota Malang, salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Kota Malang sendiri merupakan kota di Jatim, yang perkembangannya sangat pesat.
Ternyata, Kota Malang juga termasuk dalam kota terbesar ke-12 di Indonesia, dengan luasan sekitar 145,28 Kilometer (Km) persegi.
Kota ini ternyata didirikan di masa Pemerintahan Belanda, di tanggal 1 April 1914. Saat itu, Wali Kota (Wako) Malang yang pertama kali yakni E.K Broeveldt.
Baca Juga
Advertisement
Lalu, dari mana nama ‘Malang’ disematkan di kota terbesar kedua di Jatim ini?
Dari sumber Wikipedia, asal-usul penamaan Malang memang masih banyak perdebatkan. Namun, salah satu informasi yang didapatkan yakni, nama Malang muncul pertama kali pada Prasasti Pamotoh/Ukirnegara (1120 Saka/1198 Masehi).
Yang mana, ditemukan pada tanggal 11 Januari 1975, oleh seorang administrator perkebunan Bantaran di Wlingi, Kabupaten Blitar Jatim.
Dalam prasasti tembaga tersebut, tertulis salah satu bagiannya yang bertuliskan Bahasa Jawa lama:
..taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhaniradyah Limpa Makanagran I...
Yang artinya:
…di sebelah timur tempat berburu sekitar Malangbersama wacid dan mancu,persawahan Dyah Limpa yaitu…
Nama Malang sendiri, merujuk pada sebuah daerah di timur Gunung Kawi Jatim. Kendati sudah diketahui penggunaan Malang, setidaknya telah berlangsung sejak abad ke-12 Masehi, tidak bisa dipastikan asal mula penamaan wilayahnya.
Bangunan Suci Malangkuçeçwara
Di Malang juga, dikisahkan ada sebuah bangunan suci bernama Malangkuçeçwara atau diucapkan 'malaŋkuʃeʃworo'. Bangunan suci tersebut disebut dalam dua prasasti Raja Balitung dari Mataram Kuno, yakni Prasasti Mantyasih tahun 907 Masehi dan Prasasti 908 Masehi.
Namun para ahli masih belum memperoleh kesepakatan, di mana bangunan tersebut berada. Di satu sisi, ada sejumlah ahli yang menyebutkan bahwa bangunan Malangkuçeçwara.
Yang dipercaya terletak di daerah Gunung Buring, suatu pegunungan yang membujur di sebelah timur Kota Malang di mana terdapat salah satu puncaknya bernama ‘Malang’.
Namun banyak juga yang menerka, jika bangunan tersebut terletak di daerah Tumpang Kabupaten Malang Jatim. Karena di sana, ada desa bernama Malangsuka, yang menurut para ahli sejarah berasal dari kata Malangkuça, yang diucapkan 'malankuʃo', dengan pengucapan terbalik.
Bahkan pendapat tersebut juga diperkuat oleh keberadaan peninggalan-peninggalan kuno di sekitar Tumpang, seperti Candi Jago dan Candi Kidal yang merupakan wilayah Kerajaan Singhasari.
Advertisement
Tumenggung Alap-Alap
Nama Malangkuçeçwara sendiri terdiri atas tiga kata, yakni mala yang berarti kebatilan, kecurangan, kepalsuan, dan kejahatan.
Lalu, angkuça, yang diucapkan 'aŋkuʃo', yang berarti menghancurkan atau membinasakan, serta içwara, yang diucapkan 'iʃworo', yang berarti Tuhan. Oleh karena itu, Malangkuçeçwara berarti ‘Tuhan telah menghancurkan yang batil’.
Namun, ada juga yang berpendapat jika kata ‘Malang’ berasal dari kisah penyerangan pasukan Kesultanan Mataram ke Malang, pada 1614. Perang tersebut dipimpin oleh Tumenggung Alap-Alap.
Dari legenda rakyat, ada sebuah percakapan antara Tumenggung Alap-Alap dengan salah satu pembantunya, terkait kondisi wilayah Malang sebelum penyerangan dimulai.
Pembantu Tumenggung Alap-Alap menyebut, jika warga dan prajurit dari daerah tersebut sebagai penduduk, yang ‘menghalang-halangi’( malang dalam Bahasa Jawa) kedatangan pasukan Mataram. Setelah penaklukan tersebut, pihak Mataram menamakan daerah itu Malang.
Simak juga video pilihan berikut ini: