Ada Penimbunan Minyak Goreng, Pengamat: Setop Ekspor CPO!

Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan tak memungkiri, jika kelangkaan stok minyak goreng saat ini turut disebabkan adanya praktik penimbunan

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 09 Mar 2022, 11:30 WIB
Minyak goreng yang ditimbun pasangan suami istri di Banten (Liputan6.com / Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan tak memungkiri, jika kelangkaan stok minyak goreng saat ini turut disebabkan adanya praktik penimbunan yang dilakukan sejumlah pihak.

"Berdasarkan pengamatan saya banyak spekulan yang menimbun minyak goreng," ujar Mamit kepada Liputan6.com, Rabu (9/3/2022).

Sebagai solusi, ia mendesak pemerintah untuk menghentikan sementara ekspor olahan CPO, atau minyak sawit mentah yang jadi bahan dasar pembuatan minyak goreng.

"Saya sih ekstrim aja. Stop ekspor CPO olahan terutama minyak goreng. Banjiri pasar dahulu sampai situasi normal. Baru buka kembali keran ekspor," tegasnya.

Di sisi lain, Mamit juga menolak tuduhan yang menyebutkan, kelangkaan minyak goreng di pasaran saat ini terjadi akibat program biodiesel (B30) yang dicanangkan pemerintah.

B30 merupakan implementasi penyediaan solar dengan kandungan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) berbahan dasar sawit sebesar 30 persen. Sementara minyak sawit mentah (CPO) sendiri merupakan bahan baku dari produksi minyak goreng.

"Sejauh ini, berdasarkan data yang saya miliki kebutuhan FAME, dalam hal ini CPO untuk program biodiesel Pertamina tidak banyak. Jadi minyak goreng langka bukan karena B30," kata dia.

 


Program Biodiesel

Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kalimantan Selatan mengungkapkan kasus penimbunan ribuan liter minyak goreng. (foto: Aslam Mahfuz)

Pada 2021 lalu, ia menyebut, kebutuhan FAME PT Pertamina (Persero) hanya sebesar 7,5 juta kilo liter atau 6,5 juta metrik ton per tahun. Di sisi lain, berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi CPO sepanjang 2021 sebesar 46.88 juta ton.

Ini berarti kebutuhan FAME Pertamina hanya 13 persen saja dari total produksi CPO secara nasional. Pada 2022 ini, GAPKI memproyeksikan produksi CPO sebesar 49 juta ton, dan kebutuhan untuk progam biodiesel B30 mandatori kebutuhannya sebesar 8,83 juta ton.

"Jadi menurut saya, program biodiesel ini tidak terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap kebutuhan CPO dalam negeri," ungkal Mamit.

Sebaliknya, ia menambahkan, justru ekspor nasional untuk komoditas CPO sangat besar sekali sepanjang 2021 kemarin. Sehingga itu turut membuat stok bahan baku produksi minyak goreng tahun ini jadi menipis.

"Minyak sawit yang termasuk CPO, CPO Olahan, oleokomia, dan biodiesel mencapai 34,2 juta ton. Sedangkan yang dijual di dalam negeri hanya 18,42 juta ton saja," seru Mamit

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya