Liputan6.com, Kiev - Rusia masih terus melancarkan invasi ke Ukraina meski berkata ingin gencatan senjata. Para warga Ukraina harus bersembunyi di bawah tanah, termasuk para anak kecil dan nenek-nenek.
Kondisi kota Mariupol yang tak jauh dari daerah Rusia terutama sangat parah. Masyarakat sipil kesulitan mendapatkan akses makanan, listrik, dan air bersih sehingga warga melelehkan air salju untuk diminum.
Baca Juga
Advertisement
Menurut laporan AP News, Rabu (9/3/2022), jasad-jasad warga Ukraina bergeletakan di jalanan kota Mariupol. Suara-suara ledakan dari serangan Rusia juga masih meneror warga.
"Kenapa saya tidak boleh menangis?" ujar Goma Janna yang bersembunyi di bawah tanah. "Saya ingin rumah saya, saya ingin pekerjaan saya. Saya sedih terkait orang-orang dan terkait kota, anak-anak."
Hingga Selasa kemarin, upaya koridor evakuasi masih sulit dilakukan di tengah invasi Rusia. Deputi Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk berkata kondisi di kota itu sudah kacau balau.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dubes Ukraina Minta Bantuan RI
Duta Besar Ukraina Vasyl Hamianin masih terus meminta dukungan dari Indonesia. Invasi Rusia disebut juga merugikan umat Muslim yang berada di Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin disebut Ukraina sebagai seorang "pembunuh".
"Saya sangat berharap kita memahami bahwa saudara-saudari Muslim, mungkin saat ini juga, sedang mati terbunuh oleh karena serangan Rusia? Dan bahwa para pejuang Muslim Ukraina dengan berani bergabung dengan barisan Tentara Ukraina untuk membela Ukraina," ujar Dubes Vasyl Hamianin dalam pernyataannya di Facebook, dikutip Selasa (8/3).
Dubes Vasyl Hamiani berkata negaranya sedang mengumpulkan ribuan bukti dokumentasi agar bisa dijadikan barang bukti di Mahkaman Internasional di Den Haag, Belanda.
Ia pun mengajak agar Indonesia bisa angkat suara terhadap agresi Rusia. Dubes Hamiani berkata negara-negara yang netral kelak akan malu ketika perang berakhir.
"Apakah Indonesia siap merasa malu? Apakah Indonesia siap kedudukannya sebagai pemimpin global dan regional tercoreng hanya demi sentimen terhadap Uni Soviet dan persahabatan di masa lalu? Apakah Indonesia siap?" tanya Dubes Ukraina.
Advertisement