Liputan6.com, Jakarta - Infeksi virus Corona tidak terbatas pada sistem pernapasan, tapi juga mempengaruhi organ vital tubuh lainnya, termasuk otak.
Covid-19 juga dikatakan menyebabkan radang ringan hingga parah, stroke dan kejang di otak, yang menyebabkan gejala neurologis. Pasien Covid-19 yang pulih juga melaporkan gejala seperti sakit kepala, pusing, kebingungan mental dan penglihatan kabur setelah masa pemulihan mereka.
Baca Juga
Advertisement
Karena itu, para peneliti terus-menerus melihat bagaimana Covid-19 berdampak pada otak dan sambil menyelidiki dan menetapkan efek yang tersisa dari virus Corona.
Melansir dari Times of India, Rabu (9/3/2022), sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa terlepas dari apakah seseorang mengalami infeksi Covid-19 ringan atau parah, mereka masih mungkin mengalami perubahan pada otak dan fungsi otak mereka.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyusutan otak dan kerusakan jaringan
Para peneliti di Universitas Oxford melihat data yang dikumpulkan dari Biobank Inggris. Mereka mempelajari pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) otak dan tes fungsi otak dari 785 orang berusia antara 51 hingga 81 tahun, yang diambil sebelum dan selama pandemi.
Dari total peserta, sekitar setengah dari sukarelawan (tepatnya 401) telah tertular Covid-19, di mana 15, atau sekitar 4%, dirawat di rumah sakit.
Analisis komparatif mengungkapkan bahwa individu yang telah terinfeksi Covid-19 telah mengalami penyusutan otak dan materi abu-abu yang cukup besar, yang dikatakan setara dengan enam tahun penuaan otak normal.
Advertisement
Implikasinya
Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Nature menemukan mereka yang dites positif terkena virus kehilangan 1,8% tambahan gyrus parahippocampal, yang memainkan peran penting dalam memori spasial, dan korteks orbitofrontal, penting untuk penciuman dan rasa.
Konon, mereka yang terkena dampak melaporkan gejala seperti kehilangan penciuman. Beberapa juga menunjukkan tanda-tanda keterampilan kognitif yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak terpengaruh.
Ini mencerminkan hilangnya jaringan otak yang lebih besar terkait dengan kapasitas mental.
Studi ini juga mencatat bahwa gejalanya lebih umum di antara orang tua dan mereka yang dirawat di rumah sakit. Namun, terungkap bahwa infeksi ringan hingga tanpa gejala juga terkena dampak yang sama.
Para peneliti percaya lebih banyak penelitian perlu dilakukan untuk menentukan apakah perubahan di otak akibat Covid bersifat permanen atau reversibel sampai batas tertentu.
Prof Gwenaëlle Douaud di University of Oxford, salah satu penulis studi tersebut mengatakan, “Otak adalah plastik, yang berarti bisa mengatur ulang dan menyembuhkan dirinya sendiri sampai batas tertentu, bahkan pada orang tua.”
Efek neurologis jangka panjang lainnya dari Covid-19
Salah satu gejala jangka panjang yang paling umum dari Covid yang dikaitkan dengan otak adalah kabut otak yang juga dikenal sebagai kebingungan mental.
Studi di masa lalu juga mengklaim bahwa penyakit Alzheimer dan Parkinson merupakan beberapa efek jangka panjang dari Covid-19.
Mengingat bahwa Covid-19 secara khusus bisa berdampak pada otak, yang menyebabkan penyusutan dan penurunan volume otak. Para ahli percaya hal itu bisa menjelaskan banyak gangguan otak yang terkait dengan degenerasi termasuk demensia, penyakit Alzheimer, depresi dan gangguan kognitif ringan.
Namun, tidak ada bukti jelas yang menunjukkan apakah Covid-19 bisa memperburuk penyakit yang terkait dengan memori atau fungsi kognitif termasuk demensia.
Advertisement