Liputan6.com, Jakarta - Resolusi PBB agar Rusia mengakhiri operasi militer di Ukraina sudah diadopsi, tapi hingga hari ke-14 invasi Moskow belum ada tanda agresi Negeri Beruang Merah ke negara yang dipimpin Volodymyr Zelenskyy bakal berakhir.
Upaya gencatan senjata sempat mengemuka dari pihak Rusia, dengan alasan kemanusiaan memberikan jalan untuk warga di daerah konflik untuk keluar karena kondisi serba kekurangan makanan, air, medis hingga listrik. Kendati demikian proses evakuasi gagal dilakukan, gempuran demi gempuran masih dilancarkan oleh pasukan Vladimir Putin.
Advertisement
Terbaru, Rusia menawarkan gencatan senjata baru dan menunjukkan bahwa mereka siap untuk membuka koridor evakuasi dari Kiev, Chernihiv, Sumy, Kharkiv dan Mariupol. Hasilnya masih dalam proses, suara tembakan masih terdengar di daerah yang disebutkan bakal dibuka koridor kemanusiaan.
Melihat kondisi tersebut, bagaimana peluang suksesnya gencatan senjata atau terciptanya perdamaian di Ukraina akibat invasi Rusia?
Mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal mengatakan peluang kedua hal tersebut tak banyak.
"Pertama kemungkinan gencatan senjata kecil dan kalaupun terjadi tidak akan lama. Karena kedua belah pihak masih memiliki kepentingan militer yang masih bertolak belakang," kata Dino kepada Liputan6.com melalui sambungan telepon, Rabu (9/3/2022).
Menurut mantan wakil menteri luar negeri Indonesia itu, Rusia masih ingin secara militer menaklukkan Ukraina. Sementara Ukraina baik pemerintah, militer maupun rakyatnya masih sangat aktif untuk melawan militer Rusia dan mendepak mereka keluar dari negaranya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kuncinya: Rusia Keluar dari Ukraina
Dino menuturkan, keberadaan pasukan Rusia di Ukraina bakal terus menjadi momok serangan. Sehingga bakal terus ada perlawanan.
"Menurut saya yang paling penting adalah bagi Rusia untuk segera meninggalkan Ukraina tanpa syarat dan secara total, sesuai dengan tuntutan atau seruan dari resolusi sidang majelis umum PBB di mana Indonesia menjadi salah satu co-sponsor," tegasnya.
Kuncinya, sambung pendiri organisai Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), karena selama masih ada tentara Rusia melakukan operasi militer di wilayah Ukraina, maka selama itu pula rakyat Ukraina pasti akan terus melawan kehadiran militer Rusia tersebut.
"Mereka (Ukraina) tidak akan mungkin menerima begitu saja kekalahan," jelasnya.
Jadi menurutnya, selama masih ada militer Rusia di Ukraina tak bakal tercipta perdamaian seutuhnya.
"Sepanjang itu pula kita bisa memprediksi akan terus ada perlawanan dan akan terus ada perang di sana (Ukraina). Apalagi perang ini juga menaapat bantuan dari pihak di luar Ukraina," paparnya.
"Kuncinya gencatan senjata itu kemungkinannya kecil, kalaupun terjadi tidak akan langgeng, kuncinya lebih pada Rusia keluar dari Ukraina tanpa syarat, secepatnya dan secara menyeluruh. Itu menurut saya kunci terciptanya perdamaian dan stabilitas lagi di Ukraina," pungkas Dino.
Advertisement