PDIP Sebut Indonesia Harus Berani Meletakkan Nasib di Tangan Sendiri

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, menyatakan kebangkitan kepemimpinan Indonesia bagi dunia memerlukan 8 syarat.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 09 Mar 2022, 21:06 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat di Upacara Wisuda ke-110 Universitas Negeri Semarang (Unnes). (Foto: Dokumentasi PDIP).

Liputan6.com, Jakarta Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, menyatakan kebangkitan kepemimpinan Indonesia bagi dunia memerlukan 8 syarat.

Hal itu disampaikannya, dalam Pidato Inspiratif di Upacara Wisuda ke-110 Universitas Negeri Semarang (Unnes), Rabu (9/3/2022).

Menurut Hasto, syarat pertama adalah menggali kembali keseluruhan spirit tentang kepemimpinan Indonesia yang telah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa.

"Belajar dari kepemimpinan Bung Karno dan Bung Hatta, ada korelasi antara ide/gagasan/imajinasi, spirit, tekad, dan tindakan strategis di dalam mencapai visi kepemimpinan Indonesia," kata dia.

Di hadapan para wisudawan, Hasto memaparkan panjang mengenai kepemimpinan Proklamator Soekarno membangun Indonesia dan bagi dunia.

"Bung Karno memperkirakan pada tahun 1945 bahwa suatu saat Eropa dan Amerika Serikat akan mengalami krisis ekonomi bersamaan akibat bekerjanya kapitalisme. Kapitalisme menciptakan krisis, belum selesai krisis yang satu, muncul krisis lainnya, dengan dampak yang semakin berat dan kompleks. Pandangan ini terbukti pada tahun 2008," urai Hasto.

Hasto lalu menjelaskan syarat kedua kebangkitan kepemimpinan Indonesia bagi dunia yakni ideologi Pancasila dan UUD 1945.

Syarat ketiga, adanya kepemimpinan strategis yang memadukan antara kepemimpinan ideologis yang memberikan arah, dengan kepemimpinan teknokratis yang menghadirkan kepemimpinan intelektual dalam agenda strategis guna membangun rasa percaya diri bangsa.

Keempat, tersedia konsepsi pola pembangunan dalam perspektif jangka pendek, menengah, dan panjang. Konsep ini menjadi guideline policy dari seluruh penyelenggaran negara di dalam mewujudkan cita-cita nasionalnya.

Kelima, pendidikan dan kebudayaan ditempatkan sebagai lambang supremasi kemajuan di mana perguruan tinggi harus menjadi motor kemajuan.

Keenam, kata Hasto, adalah penguasaan ilmu-ilmu dasar seperti matematika, kimia, fisika, dan biologi dengan berbagai variannya. "Ini bersifat wajib dan harus dipacu pengembangannya secara progresif. Disini kehadiran BRIN harus memperkuat budaya riset dan inovasi menjadi kultur bangsa," kata Hasto.

 


Sinergi

Ketujuh, adanya sinergi koneksitas antara pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, dan Badan usaha miliki swasta. Yakni dengan mendorong budaya berprestasi, merit system di dalam mempercepat kemajuan menjadi bangsa yang berdikari.

Hasto mengatakan ada syarat kedelapan. Bahwa bangsa Indonesia harus berani meletakkan nasib bangsa dan nasib tanah air di tangan bangsa sendiri.

"Sebab hanya bangsa yang berani meletakkan nasib di tangan sendirilah yang dapat berdiri dengan kuatnya," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya