Harga Minyak Naik Imbas Rusia vs Ukraina, Tanda Dunia Masih Ketergantungan Energi Fosil

Harga minyak dunia terus naik seiring dengan konflik Rusia vs Ukraina yang masih berlanjut.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 10 Mar 2022, 11:00 WIB
Penguatan dolar dan produksi minyak Rusia serta ekspor Irak tinggi membuat harga minyak dunia merosot 5 persen.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia masih terus naik seiring dengan konflik Rusia vs Ukraina yang masih berlanjut. JPMorgan memperkirakan, harga minyak bisa tembus USD 185 per barel bila perang kedua negara terus berlanjut.

Bahkan, Rusia sendiri mengklaim, harga minyak dunia bisa melonjak di atas USD 300 per barel, setelah sejumlah negara barat memberikan sanksi impor bagi komoditas energi dari negaranya.

Situasi ini tampak berkebalikan dari sebelumnya. Melalui Paris Agreement, sejumlah negara getol mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT) untuk pada akhirnya meninggalkan penggunaan energi fosil.

"Akhirnya kita sadar bahwa EBT masih belum bisa menggantikan energi fosil sepenuhnya," ujar Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan kepada Liputan6.com, Kamis (10/3/2022).

Mamit mengatakan, dunia saat ini masih belum bisa melepas ketergantungan pada energi fosil. EBT pun masih butuh waktu agar bisa menutupi gap dari konsumsi energi tradisional ini.

"Saya kira semua tetap berjalan sambil terus berinovasi agar bisa semakin maju ke depannya," imbuh dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Net Zero Emission

Gedung bertingkat yang terlihat samar karena kabut polusi di Jakarta, Selasa (9/7/2019). Berdasarkan data DLH DKI Jakarta penyebab polusi di Jakarta semakin buruk akibat emisi kendaraan bermotor yang mencapai 75 persen, ditambah pencemaran dari industri dan limbah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Namun, ia tak ingin pesimis dengan kondisi yang terjadi sekarang. Mamit pun mengajak pemerintah tetap mengawal target netral karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.

"Saya kira enggak apa-apa kita menuju ke arah sana di 2060. Namanya juga target, untuk mencapai target tersebut kan dibutuhkan upaya yang panjang. Mudah-mudahan permasalahan ini bisa segera selesai, dan dunia kembali ke tatanan normal," harapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya