Liputan6.com, Kiev - Lebih dari 1 juta anak telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga dalam waktu kurang dari dua minggu sejak Rusia memulai invasinya ke Ukraina, kata kepala Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) pada Rabu (9 Maret).
Sedikitnya 37 anak tewas dan 50 lainnya terluka, kata Direktur Eksekutif Catherine Russell dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
Russell mengatakan bahwa dia "ngeri" dengan laporan serangan terhadap rumah sakit anak-anak di kota Mariupol Ukraina, di mana para pejabat mengatakan serangan udara Rusia mengubur pasien di bawah puing-puing meskipun ada gencatan senjata yang disepakati. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (10/3/2022).
"Serangan ini, jika dikonfirmasi, menggarisbawahi korban mengerikan yang ditimbulkan perang ini pada anak-anak dan keluarga Ukraina," kata Russell.
Pemboman, yang oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy disebut sebagai "kekejaman", terjadi meskipun ada kesepakatan gencatan senjata untuk memungkinkan ribuan warga sipil yang terperangkap di kota untuk melarikan diri.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Nasib Pengungsi
Lebih dari 2 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi pada 24 Februari.
Moskow menyebut tindakannya sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata tetangganya dan mengusir para pemimpin yang disebutnya "neo-Nazi".
Sebagian besar dari mereka yang melarikan diri adalah wanita dan anak-anak, karena pria dengan kondisi sehat telah diperintahkan oleh pemerintah Kyiv untuk tinggal di rumah untuk berperang.
Perang telah dengan cepat membuat Rusia terkucil secara ekonomi serta menarik kecaman internasional yang hampir universal. Amerika Serikat pada hari Selasa melarang impor minyak Rusia, sementara perusahaan-perusahaan Barat dengan cepat menarik diri dari pasar Rusia.
Advertisement