Selain Covid-19, Menko Airlangga Ungkap 6 Ancaman Lain yang Bisa Ganggu Ekonomi Indonesia

Banyak ancaman yang bisa mengganggu target pertumbuhan ekonomi Indonesia selain pandemi Covid-19. Dalam hitungan Menko Airlangga, sedikitnya ada enam ancaman besar.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2022, 11:10 WIB
Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Perekonomian (Foto:@Kemenko Perekonomian)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, banyak ancaman yang bisa mengganggu target pertumbuhan ekonomi Indonesia selain pandemi Covid-19. Dalam hitungannya, sedikitnya ada enam ancaman besar. 

Ancaman pertama adalah krisis energi yang sampai saat ini masih belum bisa diatasi. Seperti diketahui, ekonomi beberapa negara mulai pulih sehingga mendorong permintaan energi. Tetapi saat ini pasokan energi tidak menutupi permintaan. 

Ancaman kedua adalah ketegangan geopolitik dunia yang kian memanasKetegangan geopolitik ini akibat invasi Rusia ke Ukraina. Beberapa negara memberikan dukungan ke Ukraina tetapi tak sedikit juga yang mendukung Rusia. 

"Kita ketahui tantangan ketegangan geopolitik akibat Ukraina-Rusia war masih terjadi," ungkapnya dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan Tahun 2022, Kamis (10/3/2022).

Ancaman ketiga adalah perubahan iklim atau climate change. Selanjutnya atau ancaman keempat ialah kebijakan normalisasi tingkat suku bunga yang dilakukan oleh negara maju.

"Kita lihat ada potensi beberapa negara maju menaikkan tingkat suku bunga, termasuk di Amerika Serikat," ujar Airlangga Hartarto.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ancaman Lain

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Dok: ekon.go.id)

Kelima, masalah supply chain yang terjadi akibat pemulihan perekonomian global pasca pandemi Covid-19. "Beberapa produk komoditas pangan, seperti gandum langkah," contohnya.

Terakhir, kenaikan harga komoditas khususnya minyak mentah dunia yang telah menembus rekor tertinggi. Tercatat, minyak mentah dunia telah menembus USD 110 per barel.

"Untuk itu, kita berharap kita semua terus bekerja sama agar berbagai tantangan ini bisa kita lalui. Karena, tantangan 2022 tentu tidak sama dengan 2020 dan 2021 lalu," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber : Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya