Liputan6.com, Jakarta Perkembangan bisnis digital akan terus menunjukkan hal positif kedepannya. Merespons hal itu, perusahaan perlu mempersiapkan berbagai penunjangnya, termasuk infrastruktur digital yang paling penting.
CEO CTI Group Rachmat Gunawan menyebut perusahaan harus bisa mengikuti perubahan model bisnis yang terjadi. Apaagi saat memasuki era consumer-centric atau berbasis pada keinginan kustomer.
Advertisement
Artinya, pelanggan memiliki kontrol yang lebih besar dalam mengambil keputusan untuk memilih produk dan layanan yang akan digunakan. Dalam hal ini, perusahaan pun perlu melengkapi infrastuktur digital sebagai penunjangnya.
Rachmat menilai guna menghadapi tantangan perubahan itu, perusahaan harus memiliki keterhubungan antara teknologi dan sumber daya manusianya. Dalam hal ini Connected Enterprise memiliki definisi yang beragam.
Bisa melalui perangkat cerdas, penjualan cerdas dengan pemanfaatan Artificial Intelligence dan keterhubungan dengan akses informasi yang akurat. Sehingga bisa menciptakan kelengkapan dalam proses bisnis.
“Keterhubungan perusahaan ini bisa menyambungkan dengan menghubungkan SDM-nya dengan proses teknologi dan informasi, sehingga bisa mengarahkan pada optimalisasi value chain,” katanya dalam pembukaan IT Infrastructure Summit 2022, Kamis (10/3/2022).
Connectted-Enterprise akan menyatukan wawasan sektor yang mendalam, pemikiran desain yang berpusat pada pelanggan, pemahaman tentang pekerjaan masa depan, dan keterampilan peyampaian teknologi modern.
“Saat ini, menjadi customer-centric bukan jadi satu pilihan, melainkan suatu keharusan jika perusahaan ingin bertumbuh,” kata dia.
Melalui hal inisiatif ini, kata dia, mengetahui karakter konsumen merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh perusahaan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tantangan
Rachmat menyebut ada sejumlah tantangan yang dihadapi perusahaan dalam merespons perkembangan ini.
Ini bisa menjadi penghambat untuk perusahaan bisa lebih gesit dan responsif terhadap perubahan model bisnis yang akan berjalan.
Misalnya, kurangnya keselarasan antara fungsi front, middle, dan back office. Kemudian kendala warisa IT, serta kurangnya integrasi antara berbagai elemen yang ada dalam sebuah perusahaan.
Advertisement