BRIN Lantik 4 Perempuan Peneliti sebagai Profesor Riset

Majelis Profesor Riset BRIN mengukuhkan empat perempuan peneliti sebagai Profesor Riset di berbagai bidang di Indonesia.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 10 Mar 2022, 17:30 WIB
Empat perempuan peneliti dikukuhkan menjadi Profesor Riset di berbagai bidang oleh Majelis Profesor Riset BRIN (Foto: YouTube BRIN Indonesia).

Liputan6.com, Jakarta - Majelis Profesor Riset mengukuhkan empat perempuan peneliti sebagai profesor riset di lingkungan BRIN, Kamis (10/3/2022).

Keempat profesor riset yang baru dikukuhkan oleh BRIN yakni Ratih Dewanti (profesor riset urutan ke-634), Ganewati Wuryandari (urutan ke-635), Widjajanti (urutan ke-636), dan Rike Yudianti (urutan ke-636).

Dalam pengukuhan Profesor Riset, keempat profesor memparkan orasi di bidang masing-masing.

Ratih Dewanti sebagai pakar bidang Penginderaan Jauh menyampaikan model yang efisien dalam pengolahan data penginderaan jauh optik, yang dikontribusikan untuk menghasilkan data dan informasi untuk mendukung pemantauan mangrove.

Jika model ini diintegrasikan dengan perkembangan konsep mutakhir, akan memberi bobot lebih signifikan dalam pengolahan data penginderaan jauh optik untuk mangrove.

Lalu, Ganewati Wuryandari selaku pakar bidang Hubungan Internasional berorasi mengenai Politik Luar Negeri Era Reformasi. Ia menyampaikan perjalanan Indonesia dari awal penjajahan yang berperan aktif dalam percaturan politik internasional.

Dalam orasinya, Indonesia diharapkan bisa memadukan strategi normatif dan fungsional dalam menjalankan peran sebagai negara kekuatan menengah. Selain itu, diperlukan pelibatan pemangku kepentingan sehingga ada legitimasi lebih kokoh untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri ke depannya.

Lalu, Widjajanti sebagai pakar bidang Sosiologi Gender orasinya berisi sebuah perjalanan, pembelajaran, dan pengalaman. Orasi yang disampaikan mengenai perspektif sosiologi feminisme untuk menunjukkan lemahnya representasi perempuan dan upaya resistansinya.

Selanjutnya, Rike Yudianti yang merupakan pakar bidang Teknik Material mamaparkan orasi tentang pemanfaatan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nano karbon sebagai material fungsional.

Dalam orasi ilmiah ia menyebut, perkembangan iptek dan potensi nanoselulosa dan nanokarbon, pengembangan nanokomposit berbasis nanoselulosa dan nanokarboh, serta peluang pemanfaatannya di Indonesia.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gelar Tertinggi Bagi Periset

Empat perempuan peneliti dikukuhkan menjadi Profesor Riset di berbagai bidang oleh Majelis Profesor Riset BRIN (Foto: BRIN).

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, Gelar Profesor Riset merupakan gelar tertinggi yang dicapai oleh seseorang dalam kariernya sebagai periset.

"Gelar Profesor Riset tidak hanya merupakan gelar yang melekat, tetapi gelar ini memberi beban tambahan yang tidak ringan kepada periset yang telah dikukuhkan," kata Handoko, dikutip dari keterangan resmi BRIN.

Menurut Handoko, Profesor Riset memiliki tanggung jawab sangat besar, bukan hanya untuk dirinya, tetapi diharapkan jadi penghela terdepan untuk kelompok-kelompok risetnya.

"Saya yakin dengan adanya SDM dan talenta yang kita miliki, termasuk empat Profesor Riset yang baru dikukuhkan, kita bisa melakukan percepatan untuk mewujudkan milestone perubahan kelembagaan riset Indonesia dalam waktu yang tidak terlalu lama," kata Handoko.


Fokus Kembangkan Riset dan Inovasi di Indonesia

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko. (Foto: Dok. BRIN).

Terpenting, sesuai dengan tugas fungsi dan tujuan berdirinya, BRIN harus fokus melakukan aktivitas riset untuk memajukan riset dan inovasi di Indonesia.

Menurut dia, bergabungnya periset dari Kementerian/Lembaga pada awal 2022, bisa menjadi modal dasar membudayakan ekosistem riset, dengan memberdayakan talenta-talenta riset.

Pengukuhan empat profesor riset yang baru ini membuktikan BRIN memiliki kesinambungan kaderisasi peneliti untuk menghasilkan karya-karywa penelitian berkualitas internasional.

Handoko berharap, pengkuhan ini bisa menjadi semangat bagi peneliti lainnya agar di masa depan, kaderisasi kompetensi tetap berkesinambungan.

(Tin/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya