Liputan6.com, Kiev - Pemerintah Ukraina sedang menjajaki kemungkinan dibutuhkannya pemindahan data dan servernya ke luar negeri jika pasukan Rusia melakuan invasi lebih dalam ke negara itu, kata seorang pejabat senior keamanan siber kepada Reuters, Rabu (9/3).
Victor Zhora, Wakil Kepala Layanan Komunikasi Khusus dan Perlindungan Informasi Negara Ukraina, menekankan bahwa departemennya sedang merencanakan sebuah rencana yang sedang dipertimbangkan untuk menyiapkan Ukraina dalam menghadapi ancaman Rusia yang mampu menyita dokumen pemerintah yang sensitif, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (11/3/2022).
Baca Juga
Advertisement
"Kami sedang mempersiapkan segala sesuatunya," kata Zhora. Rencana A adalah untuk melindungi infrastruktur TI di Ukraina. Memindahkannya ke negara lain hanya akan menjadi "Rencana B atau C.”
Langkah itu, kata Zhora, hanya bisa terjadi setelah perubahan peraturan disetujui oleh anggota parlemen Ukraina.
Pejabat pemerintah telah mengirimkan peralatan dan cadangan ke daerah yang lebih aman di Ukraina yang berada di luar jangkauan pasukan Rusia. Moskow telah menginvasi negara tersebut sejak 24 Februari dan berhasil mengepung beberapa kota di Ukraina.
Bulan lalu Zhora mengatakan kepada Politico bahwa ada rencana untuk memindahkan data penting dari Ibu Kota Kiev jika wilayah tersebut terancam. Namun kini persiapan untuk kemungkinan memindahkan data ke luar negeri menjadi prioritas.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tawaran Menjadi Tuan Rumah Penyimpanan Data
Ukraina telah menerima tawaran untuk menjadi tuan rumah penyimpanan data dari berbagai negara, kata Zhora, menolak untuk mengidentifikasi negara mana saja yang sudah menawarkan bantuan tersebut. Untuk alasan kedekatan, memindahkan data ke "lokasi di Eropa akan lebih diutamakan," katanya.
"Ada banyak pilihan," katanya. "Semua proposal sangat diterima dan layak dipertimbangkan."
Pavol Jakubec, seorang sejarawan di Universitas Gothenburg Swedia, mengatakan Ukraina belum tentu merencanakan pembentukan pemerintahan potensial di pengasingan. Hal itu, katanya, biasanya merupakan upaya terakhir.
"Mungkin mereka ingin mencegah potensi upaya Rusia untuk memblokir operasi mereka, analog dan digital," katanya.
Pada 1940 Norwegia secara fisik mengirim sebagian besar arsip Kementerian Luar Negerinya ke utara negara itu dan kemudian akhirnya ke Inggris ketika pasukan Jerman menyerbu, kata Jakubec.
Selain berusaha melindungi warga negara yang berada di bawah pendudukan, pejabat Ukraina ingin menolak kesempatan pasukan Rusia untuk memiliki dokumen "yang dapat dipalsukan oleh musuh dan digunakan untuk tujuan propaganda," kata Jakubec.
Advertisement