Liputan6.com, Jakarta - Cina kini memimpin pasar ekspor kendaraan listrik, dengan mengirimkan kurang lebih 500 ribu unit mobil listrik sepanjang 2021. Jumlah tersebut, lebih banyak dibanding semua negara di dunia, berkat peningkatan penjualan di Eropa dan Asia Tenggara.
Disitat Asia Nikkei, Jumat (11/3/2022), menurut data Administrasi Umum Bea Cukai Cina, jumlah kendaraan listrik penumpang dari Negeri Tirai Bambu yang diekspor pada 2021 meningkat 2,6 kali lipat menjadi 499.573 unit.
Advertisement
Sementara itu, Jerman menggandakan jumlah ekspornya sekitar 230 ribu unit. Sedangkan Amerika Serikat justru mengalami penurunan ekspor kendaraan listrik sebesar 30 persen menjadi hanya 110 ribu unit, dan Jepang meningkat 24 persen menjadi 27.400 unit.
Dengan catatan tersebut, Cina menyumbang sebesar 60 persen dari produksi kendaraan listrik global, dan muncul sebagai pabrik dunia untuk kendaraan listrik.
Ekspor kendaraan listrik dari Cina ke Eropa sendiri, naik lima kali lipat menjadi 230 ribu unit, dengan Belgia menyerap sebanyak 87 ribu unit dan Inggris 50 ribu unit. Pencapaian ini, karena kebijakan Uni Eropa yang melarang penjuakan kendaraan hibrida dan bertenaga bensin baru pada 2035.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dominasi
Dari hampir 500.000 unit yang diekspor, lebih dari 100.000 tampaknya berasal dari pabrik Tesla di Shanghai.
"Di Cina, biaya produksi sekitar 50 persen lebih rendah daripada di negara lain di seluruh dunia karena pengadaan yang lebih efisien," kata seorang pejabat di produsen suku cadang EV Cina kepada Nikkei.
Menurut riset Nikkei berdasarkan data dari LMC Automotive, perusahaan riset Inggris, produksi EV global pada 2021 adalah 3,99 juta unit. China menyumbang 57,4 persen dari total, Eropa dan AS masing-masing sebesar 22% dan 12%, sementara Jepang hanya menyumbang 0,9%.
Advertisement