Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa semua negara saat ini mengalami situasi yang sulit akibat revolusi industri 4.0 dan pandemi Covid-19 yang tak pernah diduga. Masalah ini belum selesai, negara tambah dibuat pusing dengan perang Rusia dan Ukraina.
"Semua negara merasakan, semua negara bukan hanya negara kita. Sulit. Sangat sulit. Kita dihadapkan sebelumnya pada disrupsi kronis akibat revolusi industri 4.0 dan semua negara tergagap-gagap. Dihantam lagi oleh disrupsi akut karena pandemi yang tidak kita duga-duga," kata Jokowi dalam Dies Natalis ke-46 Universitas Sebelas Maret di Solo Surakarta, Jumat (11/3/2022).
Advertisement
"Tambah pusing kita semuanya, semua negara tambah pusing semuanya. Pusingnya belum reda, tambah lagi ada perang. Sudah bertubi-tubi," sambungnya.
Dia mengaku dihubungi oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida beberapa hari lalu. Keduanya pun mengeluhkan bahwa perang dan pandemi membuat negara-negara menjadi kesulitan.
"Pandemi yang belum rampung kemudian ada tambahan perang sehingga semuanya menjadi sulit diprediksi, sangat sulit diprediksi. Hal-hal yang dulu tidak kita perkirakan semuanya muncul semuanya," jelasnya.
Kelangkaan Energi Akibat Perang
Jokowi menyampaikan perang berdampak terhadap kelangkaan energi di semua negara. Akibatnya, harga minyak menjadi naik dari USD 60 per barel di 2020 menjadi tembus USD 130 barel.
"Dua kali lipat semua negara harga jualnya ke masyarakat sudah naik juga. Kita di sini masih nahan-nahan," ucap Jokowi.
Seperti diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina dan memicu perlawanan dari berbagai pihak. Tak lama setelah pengumuman itu, ledakan terjadi di ibu kota Ukraina, Kiev pada Kamis (24/2/2022).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di hari yang sama menyerukan kepada dewan Keamanan dan Pertahanan nasionalnya untuk mengumumkan darurat militer terhadap Rusia.
Advertisement