Liputan6.com, Jakarta Akhir-akhir ini banyak sekali tren yang menjamur di tengah masyarakat dalam berbagai macam bentuk. Biasanya, meredupnya suatu tren akan disusul dengan munculnya tren lain.
Baru-baru ini, obrolan mengenai green jobs sempat ramai dibicarakan di media sosial seperti Twitter hingga Quora. Banyak yang menganggap bahwa green jobs merupakan satu dari sekian banyak tren yang akan timbul dan tenggelam dengan sendirinya.
Advertisement
Namun di balik itu, green jobs ternyata lebih dari sekadar tren dan akan menjadi peluang pekerjaan di masa depan.
Hal ini dibuktikan dengan kajian dari World Economy Forum: Future of Jobs di tahun 2016 yang mengatakan jika sektor energi dan berbagai industri di seluruh dunia mulai beralih ke arah ekonomi hijau (green economy).
Tidak hanya itu, tahun 2020 lalu, CEO Google Alphabet Sundar Pichai berpendapat jika proyek terkait iklim akan menciptakan lebih dari 20.000 pekerjaan terkait industri dan energi bersih pada 2025 mendatang.
Sementara itu dari tanah air, Coaction Indonesia sebagai organisasi non-profit yang fokus pada isu green jobs khususnya pada sektor energi terbarukan, memprediksi bahwa pembangunan berkelanjutan akan membutuhkan tenaga kerja langsung sebanyak 430.000 orang.
Dengan banyaknya pendapat para pakar, ini membuktikan bahwa green jobs lebih dari sekadar tren belaka.
Untuk bisa semakin memahami secara mendalam terkait dengan green jobs, tim redaksi Dream.co.id berkesempatan untuk mengupas tuntas peluang kerja masa depan ini bersama mereka yang telah berkecimpung cukup lama di sektor ini.
Dalam kesempatan itu, tim redaksi Dream.co.id berbincang dengan Atika Benedikta selaku Impact Investment Lead Angel Investment Indonesia (ANGIN) dan Gita Syahrani sebagai Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL).
Lantas seperti apa sih green jobs yang digadang-gadang sebagai peluang kerja di masa depan ini?
Penjelasan tentang Green Jobs
Kepala Sekretariat Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Gita Syahrani mengatakan jika 9 Kabupaten di bawah naungan LTKL sudah akrab dengan konsep green jobs .
Menurutnya, green jobs merupakan sebuah konsep pekerjaan yang arahnya bisa bergantung pada konteksnya karena pada dasarnya semua jenis pekerjaan bisa mengarah ke green jobs .
"Kita bisa melihat bahwa semua pekerjaan bisa jadi green jobs , semua bergantung pada konteksnya. Di dalam LTKL sendiri adalah keseimbangan antara ramah lingkungan dan ramah sosial. Sehingga memunculkan industri yang lebih restoratif terhadap alam, bukan fokus ke industri yang ekstraktif," ujar Gita Syahrani.
Menurut Gita sendiri, semua industri mulai dari UMKM hingga perusahaan besar bisa mengarah ke green jobs . Hal ini bisa terjadi jika industri tersebut telah mencakup tiga aspek dasar green jobs.
"Semua sektor industri bisa mengarah ke green jobs asalkan sudah mencakup tiga aspek dasar. Ketiga aspek itu adalah tidak menimbulkan kebencanaan, bertanggung jawab atas kesejahteraan semua orang yang terlibat, serta bertanggung jawab atas energi yang digunakan," lanjut Gita.
Sudah Menjadi Sorotan Sejak 2015
Meski menjadi perbincangan di media sosial sejak awal tahun ini, nyatanya pelaku industri di segala sektor sudah mengenal tren green jobs sejak beberapa tahun lalu.
LTKL yang memiliki anggota 9 Kabupaten mulai dari Musi Banyuasin, Siak, Sintang, Sigi, Gorontalo, Bone Bolango, Aceh Tamiang, Sanggau, dan Kapuas Hulu ini sudah ramah terhadap konsep green jobs sebelum mulai populer diperbincangkan di media sosial.
"Konsep green jobs sebenarnya sudah ada di daerah sejak tahun 2015, hanya saja saat itu belum disebut sebagai green jobs . Kabupaten pencetus LTKL mencari alternatif usaha yang bisa membuka lapangan kerja sembari mencegah kebencanaan karena kebakaran hutan dan gambut waktu itu membawa kerugian besar untuk daerah," jelas Gita.
Terafiliasi dengan Investasi Ramah Lingkungan
Di sisi lain, Atika Benedikta selaku Impact Investment Lead Angel Investment Indonesia (ANGIN) mengatakan jika green jobs memiliki afiliasi secara langsung terhadap ranah investasi.
ANGIN sendiri merupakan perusahaan yang menjadi penghubung antara investor dan entrepreneur. Dalam hal inilah investor bisa masuk ke dalam iklim industri yang sudah menerapkan sistem green jobs .
"Investor kini sudah mulai memasukkan alokasi modalnya ke dalam perusahaan yang punya solusi dalam mengurangi polusi. Meski kini sudah ada beberapa instansi yang mengaku menerapkan green jobs, kami di ANGIN memiliki sistem kurasi yang intinya adalah melihat intensinya terlebih dahulu," ujar Atika Benedikta.
Potensi Besar tentang Bisnis Lestari yang Ramah Lingkungan dan Ramah Sosial
Baik Gita Syahrani maupun Atika Benedikta sepakat jika bisnis ramah lingkungan atau green jobs memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dalam beberapa waktu ke depan.
Atika melalui ANGIN pun mengatakan komitmennya terhadap green jobs ."Tugas kami di ANGIN adalah menganalisis berbagai peluang baik dari sudut pandang investor maupun entrepreneur dalam memvalidasi komitmennya terkait green jobs ," ujar Atika.
Sementara itu, Gita Syahrani mengatakan jika green jobs berpotensi besar di iklim industri tanah air tergantung pada prioritas industri itu sendiri.
"Menurut saya sendiri Indonesia akan lebih ideal jika memiliki sistem ekonomi yang restoratif dan distributif. Jadi, sebaran lapangan kerja bukan cuma dikuasai oleh bisnis skala besar, namun akan lebih stabil jika menitikberatkan juga pada banyaknya UMKM berdampak yang tersebar di seluruh Indonesia. Bayangkan kalau ada jutaan wirausaha lestari yang mampu menyerap tenaga kerja setidaknya 17-30 orang per perusahaan, 190 juta bonus demografi Indonesia seluruhnya akan secara rill mendapatkan green jobs di tanah air," tambah Gita.
Semua Sektor Industri Bisa Menuju ke Arah Green Jobs
Kabar baiknya, semua sektor industri di seluruh tanah air bisa diarahkan menuju green jobs. Bukan cuma untuk diterapkan di lapangan seperti pada industri, namun pemerintah juga mulai turut andil dalam mengembangkan kebijakan yang dapat mendukung sistem green jobs ini.
"Pada tahun 2018, British Council, UNESCAP dengan dukungan BAPPENAS mengeluarkan studi tentang kewirausahaan sosial di Indonesia. Pada studi tersebut tercatat 324.000 usaha sosial tersebar di penjuru Indonesia. Tiga sektor terbanyak adalah usaha kreatif, pertanian dan perikanan, serta edukasi. Pada tahun 2020, studi ini diperdalam dan menunjukkan perkembangan di sektor usaha kreatif yang meliputi kriya, kuliner, pariwisata, dan masih banyak lagi. Secara dampak, para wirausaha sosial ini secara konsisten menunjukkan bahwa mereka memberikan manfaat bagi masyarakat lokal (62%), perempuan (48%) dan anak muda (44%). Ini menunjukkan bahwa peluang green jobs bukan imajiner dan sudah bisa menyebar ke segala sektor industri," ujar Gita.
Bukan cuma tren semata, green jobs merupakan peluang pekerjaan menguntungkan baik sekarang maupun di masa depan, yang nggak cuma berfokus pada dampak lingkungan, namun juga memiliki dampak sosial yang baik.
Ini saatnya kita mengambil peran untuk menjaga alam, menyejahterakan sesama, sekaligus mengumpulkan cuan. Buat kamu para entrepreneur muda, yakin nggak mau terjun dalam green jobs?
Advertisement