Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah masih belum mencabut status pandemi Covid-19, tapi pelonggaran kebijakan terkait protokol kesehatan terus diambil dalam beberapa pekan terakhir. Salah satunya adalah dengan tidak lagi mewajibkan tes antigen atau PCR untuk bepergian dengan pesawat terbang. Belum lagi aturan jaga jarak di KRL yang dicabut, meski masih diwajibkan untuk menggunakan masker.
Dengan indikasi endemi yang semakin dekat itu, bagaimanakah status itu akan memengaruhi tren staycation ke depan? Pasalnya, staycation menjadi andalan wisatawan untuk rileksasi di masa pandemi.
Baca Juga
Advertisement
Shirley Lesmana, Chief Marketing Officer Traveloka meyakini staycation akan terus bertahan di masa depan. Tetapi, tujuan staycation akan semakin terdiversifikasi mengingat akses untuk bepergian semakin terbuka.
"Tujuan-tujuan populer untuk road trip atau dengan pesawat akan alami recovery. Staycation ini bisa jadi solusi enggak hanya soal mobilitas, tapi untuk kaum urban yang agak susah tentukan jadwal untuk rileksasi. Kita percaya akan tetap populer," ujar Shirley dalam diskusi virtual Traveloka Holiday Stays, Kamis, 10 Maret 2022.
Belum juga pandemi, ia menyebut sudah terjadi peningkatan pemesanan untuk tiket pesawat, akomodasi, dan atraksi wisata. Ia menilai masyarakat makin percaya diri untuk bepergian. Meski begitu, ia mengingatkan agar tetap menjaga protokol kesehatan supaya kondisi pandemi semakin membaik, di samping minat konsumen terhadap properti yang memberi jaminan CHSE tetap tinggi.
"Kami imbau agar partner dan konsumen tetap menerapkan protokol 5M," kata dia.
Sejauh ini, menurut Shirley, terdapat peningkatan jumlah pencarian dan pemesanan hingga dua kali lipat untuk tempat staycation, sejak akhir tahun lalu. Vila dan private home angkanya bahkan meningkat tiga kali lipat dengan lima destinasi teratas berada di Bali, Jakarta, Bandung, Malang, dan Jogja.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3 Tipe
Shirley membagi tiga tipe akomodasi yang paling diminati wisatawan untuk staycation, yakni vila, resor, dan apartemen. Masing-masing memiliki peminat dengan kebutuhan yang berbeda-beda.
Pemesan vila, kata dia, umumnya ingin memiliki ruang yang cukup nyaman untuk kegiatan bersama, seperti family gathering atau press gathering. Sementara, resor lebih pas untuk keluarga inti dengan fasilitas yang cukup lengkap dan ramah anak. Tujuannya agar orangtua juga bisa rileks saat staycation.
Sementara, peminat apartemen biasanya adalah wisatawan yang mencari suasana baru tapi posisinya strategis ke mana-mana. Suasana hommy pun sangat diharapkan para pemesan apartemen karena biasanya ada dapur dan ruang tamu.
"Sebenarnya vila dan resor tidak terlalu berbeda, sama-sama beri privasi dan eksklusivitas. Sementara, suasana keluarga yang lebih intimate bisa diakomodasi oleh vila dan private home (apartemen)," kata dia.
Advertisement
Vila Estetis
Seluruh akomodasi untuk staycation itu dirangkum dalam Traveloka Holiday Stays. Total ada 450 ribu properti yang tergabung di dalamnya. Shirley menyebut ada tren menarik terkait akomodasi untuk staycation, yakni peningkatan pemesanan vila yang cukup premium yang kisaran harganya di atas Rp1 juta.
"Tren pencarian dan pemesanan ini hampir tiga kali lipat dari tahun sepelumnya. Ini menunjukkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap akomodasi premium meningkat, daya beli juga cukup baik, yang didorong inovasi dari para pemilik properti," kata dia.
Menurut Shirley, konsumen yang memesan vila premium umumnya mencari tempat dengan kapasitas ruangan yang cukup besar. Tujuannya agar bisa menampung anggota keluarga yang cukup banyak. Vila yang disasar juga estetis, didominasi vila di Bandung, disusul Jogja dan Lombok.
3 Inovasi
Karena minat cukup tinggi, konsumen kerap kesulitan mendapatkan jadwal yang kosong. Karena itu, Traveloka meluncurkan tiga inovasi yang diklaim memudahkan konsumen mereka. Pertama adalah dengan membuat entry point khusus sehingga lebih mudah dicari.
Kedua, discovery mode. Inovasi ini berangkat dari masukan konsumen yang sering terlambat memesan vila populer. Padahal, konsumen terbilang fleksibel soal waktu. "Dengan discovery mode, kami menawarkan dua hal, konsumen bisa lakukan perencanaan perjalanan, dan juga bantu pemilik properti," kata Shirley.
Fitur terakhir adalah fasilitas informasi yang lebih lengkap, seperti soal dapur hingga ketersediaan hairdryer. Kalau pun masih ada pertanyaan, konsumen bisa bertanya langsung kepada pemilik properti sebelum memesan.
"Misalnya, aksesnya bisa dilewati sedan enggak, kita bisa pesan antar makanan enggak, pertanyaan seperti itu bisa diajukan ke pengelola properti. Fitur ini cukup banyak dan beri tingkat konversi yang baik," ucapnya.
Advertisement