Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menyampaikan antisipasi Pemprov DKI Jakarta untuk menghadapi cuaca ekstrem baru sebatas menjalankan program rutin saja.
Program rutin yang dimaksud seperti gerebek lumpur. "Paling program rutin saja. Mereka bergerak kalau ada bencana. Jadi pencegahan karena rutinitas saja. Alat berat misalnya, dikerahkan ketika bencana terjadi. Harusnya kan ada pengecekan," kata Yayat saat dikonfirmasi, Jumat (11/3/2022).
Advertisement
Yayat justru menilai, Pemprov DKI baru bergerak saat bencana sudah datang, bukan mencegah atau menjalankan early warning system. Oleh karena itu, antisipasi terhadap cuaca ekstrem dibutuhkan.
"Harusnya pengecekan kembali pompa-pompa air di wilayah rawan banjir. Pengecekan itu di awal, jangan dilakukan saat banjir datang," ujar dia.
"Pemprov DKI biasanya kalau sudah banjir baru (bergerak). Harusnya kan ada early warning system, kalau dulu kan ada toa, enggak tau toa sekarang gimana," tambahnya.
Terkait program-program pencegahan banjir milik DKI, seperti sumur resapan, Yayat menilai keberhasilan program-program itu belum bisa dibuktikan, sebab puncak hujan ekstrem belum terjadi.
Klaim Genangan Cepat Surut
Begitu pula dengan klaim genangan kini lebih cepat surut. "Kalau hujan ekstrem, intensitas tinggi durasi panjang ada genangan tidak? Di kawasan di tempat sumur resapan, ada genangan surut cepat atau lama? Kan bisa kita lihat," beber Yayat.
"Suksesnya (pencegahan bajir) itu saat hujan ekstrem terjadi. Jadi semua klaim-kalim itu, cepat surut, itu semua diuji saat hujan ekstrem turun," sambungnya.
Selain itu, Yayat mengingatkan Pemprov DKI juga wajib menyosialisasikan program pencegahan banjir pada masyarakat, agar tak ada lagi gugatan terjadi di tahun mendatang. "Bagaimana upaya pencegahan ini bisa terkoordinasi ke masyarakat, jangan Sampai muncul gugatan lagi,” pungkasnya.
Advertisement