Liputan6.com, Jakarta Beragam upaya menuju endemi COVID-19 telah hangat diperbincangkan beberapa waktu belakangan. Hal tersebut pun didorong dengan beberapa pelonggaran yang sudah mulai diberlakukan di Indonesia.
Terkait hal tersebut, Juru Bicara Satgas COVID-19 Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto SpPK mengungkapkan bahwa dalam fase menuju endemi COVID-19, cakupan vaksinasi anak maupun lansia sebenarnya begitu penting.
Advertisement
"Endemi itu akan kita masuki, walaupun endemi itu bukan pilihan idealis. Tapi terpaksa karena kita belum bisa menghilangkan benar (pandemi COVID-19)-nya," ujar Tonang dalam workshop bertema Menggali Fakta Penanganan COVID-19 di Daerah Jawa-Bali pada Jumat, (11/3/2022).
"Tetapi kalau mau masuk ke sana, kita sudah harus pada titik dimana kasusnya sudah sangat terkendali. Angka kematian juga sudah sangat rendah dan harapan kita adalah orang di sekitar anak-anak itu sudah divaksin," tambahnya.
Sehingga nanti meskipun beberapa kategori usia anak ada yang belum mendapatkan vaksinasi, sistem bubble untuk melindungi anak sudah terbentuk.
Sistem bubble yang dimaksudkan oleh Tonang adalah saat seluruh lingkungan di sekitar anak seperti keluarga sudah memiliki proteksi masing-masing berupa vaksinasi. Dengan begitu, anak pun bisa lebih terlindungi.
"Bubble artinya anak kita ini harusnya bersentuhan sedikit mungkin dengan orang lain selain dengan yang didalam bubble itu," kata Tonang.
Vaksinasi belum maksimal
Meski begitu, Tonang mengakui bahwa cakupan vaksinasi pada anak-anak berusia 6 hingga 11 tahun sebenarnya masih kurang. Padahal dalam fase menuju endemi, hal satu ini menjadi poin yang penting.
"Cakupan vaksinasi justru pada anak-anak 6-11 tahun itu masih kurang. Padahal mereka akan banyak bergaul juga dengan adik-adiknya yang 0 sampai 5 tahun," ujar Tonang.
"Begitu juga untuk yang lansia. Ini harus kita kejar betul supaya nanti kalau betul-betul kita bisa masuk ke fase endemi tadi, kita bisa lebih mampu untuk menjadi bubble itu," tambahnya.
Advertisement