Intelijen AS Dkk Selidiki Sabotase Internet Satelit Selama Invasi Rusia ke Ukraina

Serangan digital pada layanan satelit dimulai pada 24 Februari antara pukul 05:00 dan 09:00, tepat ketika pasukan Rusia mulai masuk dan menembakkan rudal, menyerang kota-kota besar Ukraina

oleh Iskandar diperbarui 12 Mar 2022, 14:00 WIB
Seorang anak terbungkus selimut termal antre menunggu untuk naik bus setelah melarikan diri dari Ukraina dan tiba di perbatasan di Medyka, Polandia, Senin (7/3/2022). Hampir 2 juta orang melarikan diri dari Ukraina sejak invasi Rusia dengan jumlah itu meningkat setiap hari. (AP Photo/Visar Kryeziu)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah badan intelijen Barat tengah menyelidiki serangan siber oleh hacker tak dikenal yang mengganggu akses internet satelit broadband di Ukraina, bertepatan dengan invasi Rusia.

Analis untuk Badan Keamanan Nasional AS, organisasi keamanan siber pemerintah Prancis ANSSI, dan intelijen Ukraina sedang menelusuri apakah sabotase jarak jauh dari layanan penyedia internet satelit adalah pekerjaan peretas yang didukung Rusia dengan mencoba memutus jalur komunikasi.

Serangan digital pada layanan satelit dimulai pada 24 Februari antara pukul 05:00 dan 09:00, tepat ketika pasukan Rusia mulai masuk dan menembakkan rudal, menyerang kota-kota besar Ukraina termasuk ibu kota, Kyiv.

Konsekuensinya masih diselidiki, tetapi modem satelit milik puluhan ribu pelanggan di Eropa dimatikan. Demikian menurut seorang pejabat perusahaan telekomunikasi AS Viasat, pemilik jaringan yang terdampak.

Hacker dilaporkan menonaktifkan modem yang berkomunikasi dengan satelit KA-SAT Viasat Inc, yang memasok akses internet ke beberapa pelanggan di Eropa, termasuk Ukraina.

"Lebih dari dua minggu kemudian beberapa jaringan internet tetap offline," kata seorang reseller kepada Reuters, dikutip Sabtu (12/3/2022).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

 


Jadi Sorotan Intelijen Barat

Sebuah mobil yang terbakar terlihat di depan gedung Balai Kota yang rusak di Kharkiv pada 1 Maret 2022. Alun-alun pusat kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, ditembaki oleh pasukan Rusia -- menghantam gedung pemerintahan lokal -- kata gubernur Oleg Sinegubov. (Sergey BOBOK / AFP)

Apa yang tampaknya menjadi salah satu serangan siber masa perang paling signifikan yang diungkapkan secara publik sejauh ini telah menarik minat intelijen Barat karena Viasat bertindak sebagai kontraktor pertahanan untuk AS dan banyak sekutu.

Kontrak pemerintah yang ditinjau oleh Reuters menunjukkan bahwa KA-SAT telah menyediakan konektivitas internet ke unit militer dan polisi Ukraina.

Pablo Breuer, mantan teknolog untuk komando operasi khusus AS atau SOCOM, menilai mematikan konektivitas internet satelit dapat menghambat kemampuan Ukraina dalam memerangi pasukan Rusia.

"Radio darat tradisional jangkaunnya terbatas. Jika Anda menggunakan sistem pintar modern, senjata pintar, mencoba melakukan manuver senjata gabungan, maka Anda harus mengandalkan satelit," kata Breuer.

 


Rusia Masih Bungkam

Foto yang diambil pada 10 Maret 2011 antara Joe Biden yang waktu itu menjabat sebagai Wapres AS dan Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia. (AP Photo)

Kedutaan Besar Rusia di Washington belum memberikan tanggapan terkait isu ini. Moskow telah berulang kali menolak tuduhan bahwa mereka berpartisipasi dalam serangan siber.

Tentara Rusia telah mengepung kota-kota Ukraina--digambarkan Kremlin sebagai operasi "de-Nazifikasi"--telah dikecam oleh Barat sebagai serangan yang tidak beralasan dan menyebabkan sanksi berat terhadap Moskow.


Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina

Infografis Reaksi Global terhadap Serbuan Rusia ke Ukraina. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya