PR Ekskavasi Situs Srigading Malang, Menyingkap Kompleks Percandian

Situs Srigading di Desa Lawang, Malang, diduga kuat berupa kompleks percandian yang telah berdiri sejak masa Mataram kuno

oleh Zainul Arifin diperbarui 13 Mar 2022, 22:05 WIB
Proses eskavasi ketiga di Situs Srigading, Lawang, Malang. Para arkeolog membutuhkan eksvasi lanjutan guna menyingkap lebih dalam situs yang telah berdiri sejak masa Mataram kuno di itu (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menilai masih banyak pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk menyelamatkan Situs Srigading Malang. Sebab situs ini diduga kuat berupa sebuah kompleks percandian yang cukup luas.

Dugaan itu didasarkan tiga kali ekskavasi di situs yang berada di Desa Srigading, Lawang, Kabupaten Malang, tersebut. Ekskavasi menghasilkan berbagai temuan tinggalan arkeologi yang cukup banyak.

Ketua Tim Ekskavasi Situs Srigading, Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan situs yang telah diekskavasi itu diperkirakakan tak berdiri sendiri, tapi bagian dari suatu kompleks percandian luas. Karena itu harus ada upaya pengamanan agar tak ada penjarahan.

“Kami menduga masih ada komponen-komponen struktur atau bangunan terutama di sisi timur,” kata Wicaksono yang juga arkeolog BPCB Jawa Timur ini.

Struktur di sisi timur itu bisa berupa candi perwara atau candi kecil pelengkap, pintu gerbang hingga dinding di sekeliling kompleks Candi Srigading. Untuk bisa menemukan peninggalan tersisa itu, diperlukan ekskavasi keempat.

Butuh koordinasi lanjutan guna mematangkan rencana ekskavasi lanjutan itu. Bukan hanya terkait penggalian situs, tapi juga kejelasan status lahan. Sebab struktur tersisa itu berada di lahan milik masyarakat setempat.

“Butuh koordinasi dan perencanaan matang untuk ekskavasi lanjutan. Sebab status lahan milik warga, sehingga perlu upaya pembebasan atau menyewa lahan itu,” urai Wicaksono.

Karena diduga masih banyak struktur bangunan tersisa, maka perlu juga upaya pengamanan. Baik itu dari Pemerintah Kabupaten Malang maupun partisipasi masyarakat desa di Situs Srigading Malang aktif membantu keamanan situs.

“Kami berharap semua terlibat membantu keamanan dan pelestarian situs dari upaya pencarian ilegal dan juga perusakan terhadap bebatuan candi,” ujarnya.


Hasil Ekskavasi Situs Srigading

Tim ekskavasi menggali sumuran atau bagian tengah Situs Srigading Malang. Di tiap sudut sumuran itu ditemukan beragam relik termasuk lingga yoni serta lantai berlapis bata tebal (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Candi Srigading diyakini telah berdiri pada abad ke 10 Masehi, sebuah candi beraliran Hindu Siwa dengan gaya arsitektur Mataram kuno periode Jawa Tengah hingga awal Mpu Sindok mendirikan Kerajaan Medang di Jawa Timur.

Ekskavasi mendapatkan beragam temuan, seperti Arca Agastya, Arca Nandiswara dan Arca Mahakala yang merupakan komponen panteon Siwa. Sejumlah fragmen relief, porselen, batu ambang relung hingga lingga yoni berukuran besar juga ditemukan.

Selain itu turut didapatkan lingga dan yoni berukuran kecil, tempayan berbahan tembaga, alat pertanian berupa beliung, calok dan belencong, bokor dari tembaga dengan penutup bergagang emas, periuk dan dua teko berbahan tembaga.

Berbagai temuan dengan kondisi dan tata letak nyaris utuh di Candi Srigading Malang itu menunjukkan keistimewaan situs tersebut. Biasanya di situs-situs yang diekskavasi sebagian besar sudah dijarah oleh aktivitas penggalian liar.

“Situs Srigading cukup terjaga dan utuh, ini istimewa. Tata letak tiap benda di dalam sumuran itu juga sangat menarik,” ucap Wicaksono.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya