Liputan6.com, Jakarta - Urusan warna rambut siswa Jepang rupanya jadi persoalan tersendiri. Kontroversi muncul karena kebijakan sekolah mengharuskan para siswa untuk mewarnai rambutnya agar menjadi hitam.
Baru-baru ini, para anggota Dewan Pendidikan Metropolitan Tokyo berkumpul untuk membicarakan hal tersebut. Belakangan ini ada peningkatan diskusi di Jepang tentang apakah sudah waktunya untuk menyingkirkan aturan sekolah tertentu, salah satunya soal warna rambut, yang masih diberlakukan di beberapa institusi, dilansir dari laman SoraNews24, Sabtu, 12 Maret 2022.
Baca Juga
Advertisement
Alasan pihak sekolah yang mengharuskan siswa untuk mewarnai rambut mereka menjadi hitam untuk menciptakan penampilan yang seragam bagi siswa. Selama tahun ajaran 2021, tujuh sekolah menengah umum di Tokyo masih mewajibkan siswa dengan rambut non-hitam alami untuk mewarnainya menjadi hitam.
Musim semi adalah awal tahun ajaran di Jepang. Artinya, tahun ajaran 2022 yang akan segera dimulai, aturan tersebut telah sepenuhnya dihapuskan, dan tidak lagi berlaku di sekolah menengah kota mana pun.
Reformasi terkait warna lainnya, sebanyak 13 sekolah menengah yang memiliki aturan yang menentukan warna pakaian dalam yang harus dikenakan siswa. Namun, sekarang semuanya akan menyerahkan pilihan itu kepada siswa.
Logika di balik aturan seperti itu adalah bahwa warna yang diperlukan akan mencegah pakaian dalam siswa terlihat melalui seragam mereka. Namun, logika yang lebih masuk akal bahwa selama pakaian dalam tidak terlihat, bukan urusan siapa pun warna apa yang akan dikenakan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perubahan
Kembali ke peraturan rambut, 24 sekolah yang sebelumnya melarang gaya undercut “dua blok”, di mana anak laki-laki mencukur pendek rambut di samping dan menumbuhkannya di atas, telah dihapus aturan tersebut. Meskipun dua blok telah dikaitkan dengan kenakalan remaja, itu juga menjadi tampilan mode arus utama yang cukup populer yang, seperti yang dapat kita buktikan, tidak langsung membawa seseorang ke kehidupan kejahatan.
Secara numerik, perubahan terbesar adalah perubahan semantik, tetapi tetap seorang siswa akan senang melihat perubahan itu. Dalam tinjauan peraturan sekolah oleh dewan, 95 sekolah menengah ditemukan memiliki frasa yang tidak jelas seperti “dengan cara yang pantas untuk siswa sekolah menengah” dalam kebijakan dan arahan perilaku mereka.
Advertisement
Reformasi Aturan
Reformasi aturan datang setelah satu tahun peninjauan aturan sekolah yang dilakukan oleh dewan yang mencakup wawancara dan diskusi dengan kelompok siswa, pendidik, dan orang tua. “Ini adalah perkembangan yang luar biasa, dan sangat disesalkan karena butuh waktu lama untuk terjadi,” kata anggota dewan pendidikan Kaori Yamaguchi.
Sentimen itu digaungkan oleh sesama anggota Yuto Kitamura, yang menambahkan “Penting untuk menghormati lingkungan di mana siswa dapat berpikir secara mandiri dan membuat keputusan sendiri. Saya merasa ini adalah langkah besar ke arah itu.”
Tak Memaksa
Perlu digarisbawahi bahwa sekolah tidak lagi memaksa siswa dengan rambut alami non-hitam untuk mewarnainya menjadi hitam. Tidak berarti, siswa yang memiliki rambut hitam alami sekarang diperbolehkan untuk mewarnainya dengan warna lain.
Karena itu, 20 sekolah menengah atas pada 2022 masih akan menerapkan sistem di mana siswa dengan rambut non-hitam alami menyerahkan jigi shomeisho, atau “sertifikat rambut alami” ketika tidak mewarnai rambut mereka menjadi hitam. Bahkan jumlah ini turun dari 55 pada tahun 2021, dan remaja Tokyo secara keseluruhan akan menikmati kebebasan yang lebih besar karena sekolah mereka memperlakukan mereka sedikit lebih seperti orang dewasa.
Advertisement