Liputan6.com, Mariupol - Pasukan Rusia disebut membombardir sebuah masjid di kota pelabuhan Mariupol, Ukraina selatan, di mana lebih dari 80 orang dewasa dan anak-anak telah berlindung, kementerian luar negeri Ukraina mengatakan pada Sabtu 12 Maret 2022.
Kementerian itu mengatakan dalam sebuah tweet bahwa warga Turki termasuk di antara mereka yang mencari perlindungan di masjid ketika dibombardir, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (13/3/2022).
Advertisement
"Masjid Sultan Suleiman yang Agung dan istrinya Roxolana (Hurrem Sultan) di Mariupol dibombardir oleh penjajah Rusia," kata kementerian luar negeri.
"Lebih dari 80 orang dewasa dan anak-anak bersembunyi di sana dari penembakan, termasuk warga Turki."
Ia tidak mengatakan apakah ada orang yang terbunuh atau terluka.
Moskow membantah menargetkan daerah sipil dalam apa yang disebutnya operasi militer khusus di Ukraina.
Gencatan Senjata yang Berulang Kali Gagal di Mariupol
Ukraina menuduh Rusia menolak mengizinkan orang keluar dari Mariupol, di mana blokade telah menyebabkan ratusan ribu orang terjebak.
Rusia menyalahkan Ukraina atas kegagalan mengevakuasi orang.
Kabar gencatan senjata yang disepakati untuk evakuasi warga sipil di Mariupol berulang kali dilaporkan mengalami kegagalan.
Mariupol telah dikepung dan dibombardir selama lebih dari dua minggu dan dikepung oleh pasukan Rusia.
Situasi di kota pelabuhan yang strategis itu "putus asa", di mana warga sipil telah berusaha mati-matian untuk melarikan diri, tetapi tanpa air atau pemanas, dan kehabisan makanan, seorang eksekutif Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF) mengatakan pada hari Jumat.
Menteri luar negeri Ukraina Dmytro Kuleba tweeted pada hari Jumat: "Mariupol yang terkepung sekarang adalah bencana kemanusiaan terburuk di planet ini. 1.582 warga sipil tewas dalam 12 hari.
Tiga orang, termasuk seorang anak, tewas ketika sebuah rumah sakit anak-anak di kota itu diserang pada hari Rabu, memicu kemarahan internasional.
Dengan latar belakang ini, upaya baru sedang dilakukan untuk membuka koridor kemanusiaan untuk memungkinkan warga sipil mengevakuasi kota menuju Zaporizhzhia, sekitar 200 km (124 mil) ke timur laut, kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk.
Advertisement