Liputan6.com, Jakarta - Harga emas mampu menembus level USD 2.000 per ounce di pekan lalu. Namun memang posisi tersebut tidak bertahan lama. Para analis yakin bahwa tembusnya harga emas di level USD 2.000 tersebut baru sebuah awal dari menuju ke level yang lebih tinggi lagi.
Hasil terbaru dari survei Kitco News Weekly Gold yang dikutip pada Senin (14/3/2022), menunjukkan bahwa mayoritas para analis yakin bahwa harga emas akan terus melanjutkan penguatan tetapi belum bisa memastikan waktunya. Sedangkan pada saat yang sama, sentimen bullish di antara investor ritel juga telah turun dari level tinggi yang dicetak pada minggu lalu.
Banyak analis melihat bahwa harga emas ditakdirkan untuk bergerak lebih tinggi dan mampu mencetak angka tertinggi sepanjang sejarah. Namun beberapa analis lain menyebutkan bahwa hal tersebut sedikit berlebihan dan harga emas kemungkinan besar akan konsolidasi.
"Tidak diragukan lagi harga emas berada dalam tren kenaikan tetapi perlu ada beberapa konsolidasi," kata analis Blue Line Futures Philip Streible.
"Anda tidak ingin mengikuti pasar. Saya mungkin akan membeli jika harga emas berada di kisaran USD 1.962 per ounce." tambah dia.
Pada pekan ini, 18 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Di antara itu delapan analis atau 44 persen menyerukan harga emas naik minggu ini. Pada saat yang sama tiga analis atau 17 persen menyebutkan harga emas akan bearish dan tujuh analis atau 39 persen netral.
Sementara itu, 1.013 suara diberikan dalam jajak pendapat secara online. Dari jumlah tersebut, 634 responden atau 63 persen melihat bahwa harga emas akan naik minggu ini.
Sedangkan 223 lainnya atau 22 persen mengatakan harga emas dunia akan lebih rendah. Sementara 156 pemilih atau 15 persen netral.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kata Analis
Analis Equiti Capital David Madden mengatakan, bahwa meskipun dia netral terhadap emas minggu ini, dia melihat peningkatan risiko menjelang keputusan pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve pada hari Rabu.
Madden mengatakan pasar terus mengharapkan Federal Reserve menaikkan suku bunga enam kali tahun ini. namun, perang Rusia dengan Ukraina menciptakan banyak ketidakpastian ekonomi karena kenaikan harga komoditas meningkatkan risiko inflasi.
Madden menambahkan bahwa setiap petunjuk bahwa bank sentral AS akan kurang agresif dengan kebijakan moneternya bisa baik untuk emas.
"The Fed akan menaikkan suku bunga itu sudah pasti. Tapi mungkin mereka memberi sinyal empat kali kenaikan suku bunga tahun ini, bukannya enam kali seperti yang pasar memperkirakan. The Fed tidak akan mempercepat kenaikan suku bunga dengan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina." jelas dia.
AS mungkin bergejolak di sekitar pertemuan Fed, tetapi secara keseluruhan, inflasi tetap tinggi, dan situasi politik atau keuangan global tetap bergejolak, yang secara historis membuat emas lebih menarik.
Kepala analis SIA Wealth Management Colin Cieszynski mengatakan, pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS akan menjadi penentu, Dia memperkirakan itu akan menciptakan beberapa volatilitas untuk dolar AS dan pada gilirannya akan memberikan keuntungan kepada harga emas.
Melihat melewati potensi volatilitas, Cieszynski, mengatakan bahwa dia melihat harga emas akan bullish pada minggu ini.
"Secara keseluruhan, inflasi tetap tinggi, dan situasi politik atau keuangan global tetap bergejolak, yang secara historis telah menjadi penarik bagi emas," katanya.
Advertisement