Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, deteksi kanker menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang utama.
Salah satu penyebabnya adalah metode deteksi kanker saat ini sering kali bersifat invasif.
Advertisement
Dari sisi biaya, metode yang ada pun memakan biaya tidak sedikit. Sebut saja Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Pencitraan Resonansi Magnetik dan Mamogram.
Kondisi ini secara tidak langsung membatasi penggunaan metode-metode tersebut dalam skala luas. Terdorong oleh isu ini, sekelompok peneliti mempelajari metode alternatif untuk deteksi kanker melalui penggunaan indera penciuman hewan.
Mengutip Eurekalert pada Senin (14/3/2022), kolaborasi para peneliti dari CNRS, Université Sorbonne Paris Nord, Institut Curie dan Inserm telah mendemonstrasikan bagaimana spesies semut Formica fusca berpotensi untuk melakukan deteksi kanker.
Penelitian mereka terbit di jurnal iScience, dengan judul "Ants Detect Cancer Cells Through Volatile Organic Compounds".
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kolaborasi
Setelah serangkaian pelatihan beberapa menit, semut menggunakan indera penciuman untuk tugas sehari-harinya tersebut, mampu membedakan sel manusia yang sehat dari sel manusia yang bersifat kanker.
Dengan menganalisis senyawa yang dipancarkan oleh berbagai sel, para peneliti telah mendapati hasil bahwa setiap garis sel memiliki bau khas masing-masing.
Advertisement
Uji Klinis
Bau khas itulah yang semut spesies ini manfaatkan untuk melakukan deteksi.
Kemanjuran metode ini sekarang harus dinilai menggunakan uji klinis pada manusia.
Namun, studi pertama ini menunjukkan bahwa semut memiliki potensi tinggi, mampu belajar dengan sangat cepat, dengan biaya lebih rendah, dan efisien.
Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok
Advertisement