Sentimen Bank Sentral Membayangi, Indeks Dolar AS Menguat pada Awal Pekan

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Selasa, 15 Maret 2022.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 14 Mar 2022, 21:45 WIB
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup melemah 32 poin pada perdagangan Senin sore, 14 Maret 2022 meski sempat melemah 35 poin di Rp 14.333. Pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah di posisi 14.371.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Selasa, 15 Maret 2022.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup menguat terbatas di rentang Rp 14.320-Rp 14.360," ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin (14/3/2022).

Adapun dolar Amerika Serikat menguat terhadap mata uang lainnya pada Senin pagi di Asia, karena sejumlah bank sentral bersiap untuk menjatuhkan keputusan kebijakan mereka sepanjang minggu.

Selain itu, ada harapan pembicaraan antara Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri konflik yang dimulai dengan invasi 24 Februari 2022 akan terwujud.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan pada Minggu mungkin ada tanda-tanda bahwa Rusia bersedia untuk memulai negosiasi substansial untuk mengakhiri invasi ke Ukraina. Namun, pertempuran dalam konflik yang dimulai pada 24 Februari terus berlanjut.

"Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik ke level tertinggi hampir satu bulan, dengan The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga ketika menjatuhkan keputusan kebijakannya akhir pekan ini," ujar Ibrahim.

Selain itu, Bank of Japan secara luas akan mempertahankan sikap dovish ketika menjatuhkan keputusan kebijakannya pada Jumat. The Fed, di sisi lain, akan menaikkan suku bunga ketika menjatuhkan keputusannya pada Rabu. Reserve Bank of Australia juga akan merilis risalah dari pertemuan terakhirnya pada Selasa.

Bank of England (BOE) juga akan menurunkan keputusan kebijakannya, dengan taruhan tegas pada kenaikan suku bunga 25 basis poin lebih lanjut.

"Bagaimana kenaikan suku bunga Fed dan ECB akan mempengaruhi pound akan sangat bergantung pada pernyataan pasca-pertemuan mereka dan konferensi pers Fed. Dengan Inggris lebih terpapar pada kejutan pasokan Rusia daripada AS, kami pikir risikonya terletak pada kekecewaan oleh BOE," kata analis CBA dalam sebuah catatan.

"Selain soal perkembangan konflik di Ukraina yang terus mengguncang pasar akhir-akhir ini, pekan ketiga bulan Maret akan ditandai dengan berbagai rilis data ekonomi dari dalam negeri dan mancanegara. Tentunya, data ekonomi makro tersebut akan turut mempengaruhi pergerakan pasar selama sepekan ini,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sentimen Internal

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar, selalu mengalami perubahan setiap saat terkadang melemah terkadang juga dapat menguat.

Dari internal, Ibrahim mengatakan, pelaku pasar terus memantau perkembangan data ekonomi yang akan dirilis dalam minggu ini, terutama  neraca perdagangan, termasuk nilai ekspor dan impor  pada Februari 2022 yang akan dirilis pada Selasa diperkirakan kembali surplus sebesar USD 1,80 miliar, ekspor 37,1 persen (YoY), impor 44,9 persen (YoY).

Bank Indonesia yang akan mengumumkan suku bunga acuannya yang diprediksi tetap berada pada 3,5 persen seperti pada Februari lalu.

Pertumbuhan impor yang tetap tinggi menurutnya didorong aktivitas masyarakat yang tidak banyak terdampak oleh meningkatnya penyebaran Covid-19 varian Omicron.

Kondisi ini pun sejalan dengan PMI manufaktur tetap berada di wilayah ekspansi, serta harga minyak yang dilaporkan melonjak pada Februari2022.

Data Neraca Perdagangan pada bulan sebelumnya tercatat surplus sebesar US$ 930 juta, di mana nilai ekspor mencapai USD19,16 miliar naik 25,31 persen secara tahunan. Nilai impor mencapai USD 18,23 miliar naik 36,77 persen dari Januari 2021.

Harga komoditas masih menjadi faktor utama penggerak neraca perdagangan Februari 2022. Kenaikan harga komoditas terus berlanjut sejak akhir tahun lalu seiring dinamika global yang terjadi yaitu konflik Rusia dan Ukraina  yang terjadi pada akhir bulan lalu akan turut mempengaruhi catatan neraca perdagangan

"Selain itu, pengumuman ketentuan pemenuhan kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO) mengerek harga crude palm oil (CPO), sehingga terdapat potensi keuntungan bagi Indonesia. Kondisi serupa terjadi di komoditas lainnya yang juga mengalami kenaikan harga,” kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya